REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG BARAT – Kejuaraan balap sepeda Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX nomor individual time trial (ITT) yang garis finisnya berada di kawasan Gunung Tangkuban Perahu, Bandung Barat, pada Rabu (21/9), terbilang spesial. Alasannya, pasangan suami-istri dari dua kontingen berbeda mampu merebut medali emas. Mereka adalah Aiman Cahyadi dan Yanthi Fuchiyanty.
Meski merupakan pasangan hidup, kedua pebalap ini tidak membela satu kontingen pada kejuaraan empat tahunan ini. Aiman, yang merupakan pembalap kelahiran Bandung, Jawa Barat, pada PON 2016 memperkuat kontingen DKI Jakarta. Sedangkan, sang istri yang merupakan pembalap kelahiran Bogor, pada PON kali ini memperkuat kontingen tuan rumah, Jawa Barat.
“Iya ya. Ternyata kami mengawinkan emas nomor ITT,” kata Aiman, seusai pengalungan medali yang dilakukan di perbatasan antara Bandung Barat dan Kabupaten Subang itu. Bagi Aiman, emas yang diraih di PON 2016 sangat istimewa karena diraih dengan susah payah serta banyaknya persoalan yang dihadapinya.
Sebelum turun di kejuaraan empat tahunan ini, Aiman harus mengalami cedera lutut yang membutuhkan penanganan khusus. Selain dibekap cedera, pembalap berusia 23 tahun ini juga harus terlempar dari pelatnas untuk SEA Games 2017 di Malaysia. Selain itu, ia juga harus tercoret dari tim profesional yang selama ini menaunginya, yaitu Pegasus Continental Cycling Team. “Pengorbanan saya di PON ini cukup besar. Makanya, sejak awal saya ingin membuktikan jika saya bisa.”
Sementara, sang istri mengaku bangga mampu meraih emas di PON XIX. Teristimewa, medali emas yang diraih Yanthi kali ini, setelah dirinya absen karena hamil dan melahirkan. “Persiapan intensif saja hanya tiga setengah bulan. Tapi hasilnya membuat bangga karena selain merebut emas saya juga memecahkan rekor pribadi,” kata Yanthi.