REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Panitia Besar (PB) PON XIX membantah multievent olahraga terbesar di Tanah Air yang tengah berlangsung di Jawa Barat (Jabar) itu dipenuhi oleh kericuhan.
Menurut Wakil Ketua Kompartemen III PB PON XIX Ruddy Gandakusumah, kericuhan dan dugaan kecurangan yang dilontarkan sejumlah kontingen hanya sebagian kecil saja dari keseluruhan pertandingan dan perlombaan.
Ruddy menyebut, dari total 340 nomor pertandingan yang telah dipertandingkan hingga Jumat (23/9) petang, hanya terdapat 11 nomor atau 3 persen yang memiliki persoalan.
"Kalau dari total nomor pertandingan yang mencapai 756, berarti hanya 1,5 persennya," ujar Ruddy kepada wartawan di Kota Bandung, Jumat (23/9).
Sementara dari total 38 cabor yang telah berlangsung, kata dia, hanya 10 yang memiliki persoalan. Ini sekitar 26 persen. "Sisanya lancar," katanya.
Ketua Kontingen Provinsi Jabar yang juga menjabat Panglima Daerah Militer (Pangdam) III/Siliwangi Mayjen Hadi Prasodjo meminta seluruh pihak yang terlibat dalam PON XIX Barat harus berlapang dada dalam menyikapi hasil pertandingan. Selain sesuai dengan azas sportivitas dalam berolahraga, ini pun berpengaruh terhadap suksesnya ajang multievent olahraga ini.
"Harus berlapang dada, berpikir positif," kata Hadi.
Hadi meminta, seluruh pihak yang terlibat dalam PON agar berlapang dada. Berbagai persoalan yang terjadi, jangan terlebih dahulu dinilai negatif.
Terlebih, kata dia, sebagai tuan rumah, kontingen Jabar tidak berpikir sedikit pun terkait kecurangan.
"Selama ini kita enggak main curang. Justru kami banyak mengalah, karate enggak boleh tanding, ya sudah kami terima. Panjat tebing, kami ngalah," katanya.
Hadi mengatakan, pihaknya pun sama sekali tak berupaya mengganggung konsentrasi kontingen lain dengan adanya keterlibatan TNI sebagai penonton. Pengerahan TNI, menurut dia hanya untuk keamanan.
Hadi menegaskan, perolehan sementara medali yang menempatkan Jabar sebagai pemimpin jauh mengungguli provinsi lain bukan hasil kecurangan. Melainkan, buah kerja keras kontingennya selama ini.
Menurut Hadi, protes dari kontingen provinsi lain bisa saja karena adanya ketidakpuasan mereka atas perolehan medali saat ini.
"Ada yang iri, wajar, manusiawi. Mungkin tak diprediksi mereka. Biasanya mereka lumbung, banyak medali, tapi terlena," katanya.
Sementara menurut Wakil Ketua KONI Pusat Suwarno, persoalan terjadi karena adanya ketidakpahaman kontingen dalam menerjemahkan aturan main.