REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Anggota kontingen atlet tinju Papua mengancam akan memboikot pelaksanaan PON 2020 di Papua. Hal ini sebagai bentuk kekecewaan terhadap pelaksanaan tinju PON XIX Jabar yang diklaim banyak kecurangan.
"Banyak kecurangan sejak penyisihan hingga final,’’ ujar anggota kontingen yang juga Bidang Pembinaan dan Prestasi KONI Papua Nico Dimo kepada wartawan di media center venue tinju PON XIX Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Selasa (27/8).
Ia menyebutkan ini merugikan para petinju Papua.Contohnya, kata Nico, pada partai final antara petinju wanita Papua Salomina Yeristeouw melawan petinju Maluku Welmy Pariama pada kelas light welter 64 Kilogram. Petinju Maluku dinyatakan menang angka dalam empat ronde tersebut.
Menurut Nico, pada saat pertandingan wasit dinilai tidak adil karena banyak meminta petinju membereskan pelindung kepala. Akibatnya, petinju Papua banyak kehilangan waktu untuk melakukan pukulan kepada petinju Maluku.
Nico mengatakan, pada partai final putri lainnya petinju Papua juga dikalahkan petinju DKI Jakarta pada kelas bantam 54 kilogram. Petinju Papua tersebut yakni Norbertha Tajum melawan petinju DKI Diandra.
Menurut Nico, kekalahan petinju Papua dikarenakan kecurangan yang dilakukan wasit dan juri. Sehingga Pertina Papua mengancam akan memboikot pertandingan tinju pada PON 20 pada 2020 di Papua.
"Pertina Papua juga akan dibubarkan bila kualitas pertandingan PON seperti sekarang ini,’’ kata dia mengancam.
Di tempat yang sama, Ketua Umum Pertina Jhony Asadoma mengatakan, pernyataan kontingen Papua tersebut sebagai bentuk ketidakpuasan dan merupakan sesuatu yang wajar.
"Dia hanya melihat pukulan yang dilontarkan petinjunya sedangkan petinju lawan tidak dihitung,’’ ujar dia.
Jhony menuturkan, ada sistem penilaian yang tidak semuanya diketahui ofisial masing-masing daerah. Sehingga, apabila ada ketidakpuasaan itu merupakan hal wajar.
"Kalau Papua tidak akan ikut PON mendatang sangat disayangkan,’’ terang Jhony.
Pasalnya, banyak atlet potensial asal Papua yang akan menjadi korban. Ia berharap ungkapan kontingen Papuan itu hanya sesaat akibat situasi yang panas setelah pertandingan.