REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) melakukan evaluasi Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX/2016 berdasarkan laporan dari Penitia Besar (PB) PON. Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Kemenpora Gatot Dewa Broto melakukan perbandingan dengan PON sebelumnya di Kalimantan Timur dan Riau. “Sesungguhnya pada dua penyelenggaraan PON sebelumnya muncul keluhan, protes, dan terjadinya insiden juga cukup banyak,” kata Gatot di Kemenpora, Selasa (11/10).
Meskipun begitu, lanjut Gatot, yang membedakan dengan penyelenggaraan PON tahun ini di Jawa Barat yaitu silkap kritis masyarakat yang terlihat di media sosial. Menurutnya, kondisi tersebut harus disikapi secara responsif dan proposional. “Apapun kejadian masalah yang muncul mudah terpublikasi secara cepat dan jika tidak ditanggapi secara proporsional makan mudah menimbulkan polemik,” kata Gatot.
Gatot juga menilai, sikap bijak dari Pangdam Siliwangi yang langsung menyampaikan permohonan maaf atas terjadinya insiden di venue polo air cukup baik. Itu berarti, lanjut Gatot, PB PON sudah berusaha merespons keluhan secara profesional.
Melihat perbandingan tersebut, Kemenpora, kata Gatot, sejak awal sudah sepakat untuk berhati-hati dan berkomitmen mengikuti seluruh ketentuan yang berlaku. “Ketentuannya yang memang disepakati baik dalam penggunaan anggaran apapun yang berasal dari APBN, APBD, sponsor, dan sumber dana lainnya,” ujar Gatot.
Kemenpora juga melihat penggunaan fasilitas venue sudah dikakukan secara optimal bagi pengembangan olahraga daerah maupun nasional. Gatot berharap tidak terjadi lagi kejadian seperti di Riau dan Kalimantan Timur di mana ada beberapa venue yang terbengkalai.