REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Tim tenis putra Indonesia akhirnya takluk 1-4 di tangan regu tamu Thailand. Ini setelah Christopher Rungkat dan David Agung Susanto menyerah di tangan lawan-lawannya pada laga hari ketiga babak II Grup II zona Asia Oceania kejuaraan Piala Davis di Stadion Tenis Gelora Bung Karno, Senayan, Ahad malam (11/7).
Christo, demikian Christoper biasa disapa, dikalahkan pemain tunggal pertama Thailand, Kittipong Wachiramanowong, 4-6, 6-2, 6-4, 6-4. Sementara David kalah 6-3, 6-4 melawan pemain tunggal kedua Thailand, Weerapat Doakmaiklee.
Sebelumnya pada pertandingan hari pertama Jumat, Christo menang atas Weerapat, dan pemain tunggal kedua Indonesia Sunu Wahyu Trijati kalah melawan Kittipong Wachiramanowong. Pada hari kedua, Sabtu, ganda Indonesia, Christo/Ketut Nesa Artha, dikalahkan ganda Thailand, si kembar Sonchat dan Sochai Ratiwatana.
Pada pertandingan partai kelima yang berlangsung the best of three sets match (karena Thailand sudah menang 3-1), David Agung juga tidak mampu berbuat banyak. Harus diakui dia masih kalah pengalaman dari Weerapat sehingga akhirnya kalah.
Sebelum pertandingan Piala Davis dilaksanakan, tim Indonesia semula mengharapkan dua angka dari Christo di nomor tunggal dan satu angka dari Sunu di nomor tunggal. Perkiraan ini sayangnya meleset menyusul kekalahan Sunu dari Kittipong lima set pada hari pertama.
Menanggapi kegagalan Indonesia melawan Thailand tersebut, Manajer Tim Indonesia, Kresno Merdiko, menyatakan semua itu terjadi karena fisik pemain kurang bagus. "Seperti yang telah saya katakan terdahulu bahwa kekalahan kita dari Thailand karena fisik pemain-pemain kita buruk. Anda lihat sendiri, Sunu dan Christo akhirnya kalah karena fisik mereka menurun. Dari segi teknik kita tidak kalah," tuturnya.
Dengan kekalahan ini Indonesia tetap berada di Grup II zona Asia Oceania kejuaraan tenis beregu Piala Davis. Sebaliknya tim Thailand maju ke babak final Grup II menghadapi tim Selandia Baru yang menang 3-2 atas Pakistan.
Pertemuan Indonesia dengan Thailand di arena Piala Davis ini merupakan yang kelima. Skor sementara 3-2 untuk tim Thailand, dan untuk pertama kalinya Thailand menang di Indonesia. Sebelumnya pada tahun 1976 dan 1988 tim Thailand kalah melawan tim Indonesia di Jakarta.
Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Tenis Lapangan Indonesia (Pelti) Martina Wijaya menyatakan kecewa dengan sikap Kapten Tim Thailand Paradorn Sricapan.
"Saya kecewa ketika pada set ketiga Christo melawan Kittipong dan bola masih dalam permainan, Paradorn selalu kapten tim dia tiba-tiba berdiri dan menyatakan bola Christo keluar. Karena tindakannya kemudian wasit meminta pertandingan itu diulang dan dianggap tidak ada yang dapat poin," kata Martina.
Sebagai kapten, pemain terkemuka di Asia, menurut Martina, tindakan Paradorn tersebut sebagai intrik yang tidak fair. "Setahu saya yang bisa memutuskan bola masuk atau keluar adalah penjaga garis, wasit atau chair umpire, dan refree. Pemain tidak berhak. Seharusnya Paradorn diberi peringatan," ujar Martina.
"Saya akui kita kalah dari tim Thailand, tetapi saya kecewa pada tindakan Paradorn yang tidak fair," kata Martina dalam nada kesal.