REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Legenda bulutangkis Indonesia Joko Supriyanto mengaku geregetan melihat prestasi menurut dari tim bulutangkis Indonesia. Terlebih setelah mereka gagal lolos ke babak semi-final, untuk pertama kalinya sejak tahun 1958, di Piala Thomas-Uber di Wuhan, China.
"Ya geregetan melihat prestasi mereka yang turun dan gagal meraih Thomas-Uber," kata Joko Supriyanto ketika ditemui di Komplek Pelatnas PBSI, Cipayung, Jakarta, Kamis (31/5). "Kami (para mantan atlet bulu tangkis) mempunyai perjalanan yang cukup panjang di bulu tangkis dan ingin menyumbangkan saran, masukan, dan kritik yang membangun untuk PBSI sekaligus untuk meningkatkan prestasi atlet kita."
Dalam kesempatan tersebut, Joko, didampingi oleh mantan atlet bulu tangkis nasional Imelda Wiguna dan Ivana Lie, secara resmi menyerahkan petisi yang terdiri dari tujuh tuntutan dari Gerakan Moral Atlet dan Mantan Atlet Bulu Tangkis Nasional Lintas Generasi ke pengurus PBSI.
"Secepatnya kami meminta dialog kepada PBSI. Sekarang adalah momen yang tepat setelah gagal (di Wuhan). Keprihatinan kami sekarang menjadi lebih dalam dan mudah-mudahan masukan kami didengar," kata Joko.
Joko mengatakan, bidang pembinaan dan peningkatan prestasi (binpres) menjadi salah satu kunci keberhasilan tim bulu tangkis Indonesia. "Jika binpres berjalan dengan baik, semuanya akan beres," kata juara dunia bulu tangkis tahun 1993 tersebut.
Dalam kunjungannya ke Cipayung, para mantan atlet nasional tersebut tidak bisa bertemu langsung dengan Ketua Umum PB PBSI, Djoko Santoso, untuk menyerahkan tuntutan mereka. Sebagai gantinya mereka diterima oleh Wakil Ketua Umum PB PBSI I Gusti Made Oka.
"Kritik ini sangat bagus dan membangun. Kami akan terima dan nanti akan kami sampaikan ke pak Djoko (Santoso) untuk didiskusikan di dalam, dan nanti kami akan undang kembali bapak dan ibu," kata Wakil Ketua Umum PB PBSI I Gusti Made Oka setelah menerima petisi tersebut.
Mantan pasangan Christian Hadinata di ganda campuran, Ivana Lie, yang turut mendampingi Joko Supriyanto mengatakan PBSI perlu melakukan pembenahan dan berkaca dari hasil yang diraih selama ini.
"Ada banyak hal yang menurut kami berjalan kurang benar. Sekarang prestasi telah menurun dan kami ingin berdialog. Kami juga ingin mendorong pemerintahan untuk mendukung dunia bulu tangkis," kata Ivana.
Sebelumnya, pada Senin (28/5) sejumlah atlet dan mantan altet bulu tangkis berkumpul dan sepakat menyatakan keprihatinan terhadap prestasi bulu tangkis Indonesia dengan mengeluarkan tujuh tuntutan untuk PBSI.
Sejumlah poin penting dari tuntutan mereka antara lain PBSI harus bertanggung jawab dengan melakukan evaluasi secara serius dan menyeluruh tentang kegagalan tim Thomas-Uber di Wuhan.
Selain itu, PBSI diimbau untuk meninjau ulang keberadaan pelatih asing di Pelatnas serta Dewan Pengawas untuk lebih aktif menjalankan tugasnya dan mengkritisi kinerja PBSI pusat dan daerah.
"Paling tidak, kami yang mempunyai pengalaman selama berpuluh-puluh tahun di bulu tangkis, bisa memberi masukan misalnya tentang teknik bermain, keorganisasian dan sebagainya. Mudah-mudahan bisa didengar. Jangan ada pemikiran yang lain," kata Juara All England 1979, Imelda Wiguna.