Kamis 31 May 2012 14:16 WIB

Prihatin, Mantan Atlet Serahkan Petisi ke PBSI

Prestasi tim bulu tangkis Indonesia merosot. Tim Thomas dan Uber rontok sebelum semi-final untuk kali pertama sejak 1958(ilustrasi)
Prestasi tim bulu tangkis Indonesia merosot. Tim Thomas dan Uber rontok sebelum semi-final untuk kali pertama sejak 1958(ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Khawatir dengan kondisi dan prestasi bulu tangkis Indonesia yang kian merosot, mantan atlet bulutangkis yang tergabung dalam Gerakan Moral Mantan Atlet Bulutangkis Nasional Lintas Generasi menyerahkan petisi kepada Pengurus Besar Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PB PBSI) di Cipayung, Jakarta. Penyerahan dilakukan pada Kamis (31/5).

Gerakan mantan atlet yang diwakili oleh Joko Suprianto, Ivana Lie, dan Imelda Wiguna itu datang pada pukul 10.00 WIB dan disambut oleh Wakil Ketua Umum II PB PBSI, I Gusti Made Oka. Joko Suprianto secara simbolis menyerahkan petisi tersebut kepada I Gusti Made Oka.

"Senin lalu `kan sudah dibacakan isi petisi tersebut dan sudah ada publikasi juga oleh media. Nah, untuk lebih etis hari ini kami menyerahkan petisi tersebut langsung kepada PBSI," ujar Joko Suprianto usai penyerahan petisi.

Joko mengatakan ia bersama mantan atlet lainnya mengharapkan adanya dialog secepatnya antara mereka dan pihak PBSI. "Stressing kami yakni secepatnya ada dialog. Kami tidak hanya ingin memberikan kritik tetapi juga jalan," katanya.

Sementara itu, pihak PBSI menyambut positif adanya petisi tersebut. PB PBSI berjanji akan segera mengadakan dialog dengan para mantan atlet itu.

"Kami sudah dengar, baca, dan lihat di media tentang petisi tersebut. Menurut kami itu sangat positif. Kami akan membicarakan hal ini dulu di internal kami terkait Thomas-Uber di China lalu, setelah itu kami akan berdialog dengan rekan-rekan mantan atlet," ujar Oka.

Pada Senin (28/5) lalu, mantan-mantan atlet yang menamakan diri Gerakan Moral Mantan Atlet Bulutangkis Nasional Lintas Generasi menyatakan keprihatinan mereka atas kegagalan tim Thomas-Uber di Wuhan, China.

Mereka membuat petisi yang terdiri dari tujuh poin yakni, pertama, menuntut PB PBSI bertanggung jawab atas kegagalan tim Thomas-Uber dengan mengevaluasi secara serius dan menyeluruh penyebab kegagalan tersebut. Kedua, mengatasi masalah tumpang tindih (overlapping) kewenangan kebijakan PB PBSI.

Ketiga, mengembalikan kewenangan setiap bidang sesuai tugas pokok dan fungsinya, dan fokus pada persiapan atlet untuk Olimpiade London.

Keempat, meninjau ulang keberadaan pelatih asing di Pelatnas. Kelima, menghimbau pengurus PB PBSI provinsi mencari figur ketua umum yang dapat menjawab tantangan dan melakukan terobosan yang kreatif. Keenam, menghimbau Dewan Pengawas lebih aktif menjalankan tugasnya dan berperan aktif mengkritisi kinerja PBSI Pusat.

Ketujuh, menghimbau kepada Presiden, Pemerintah, dan Komisi X DPR untuk lebih memperhatikan olahraga bulutangkis.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement