REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Icuk Sugiato sangat kecewa dengan proses pemilihan ketua baru Persatuan Bulu tangkis Indonesia (PBSI) untuk periode masa jabatan 2012-2016. Mantan atlet bulu tangkis nasional ini kalah bersaing dengan kandidat lainnya, Gita Wirjawan.
Gita terpilih secara aklamasi dalam Musyawarah Nasional (Munas) PBSI XXI hari kedua di Yogyakarta, Jumat (21/9). Gita mendapatkan dukungan dari 30 Pengurus Provinsi (Pengprov) PBSI dan PBSI pusat. Sedangkan Icuk hanya meraih dukungan dari Pengrov DKI Jakarta dan Nusa Tenggara Barat. Icuk mengkritisi pemilihan ketua baru ini. "Bagaimana Gita bisa dinyatakan secara aklamasi," katanya.
Berdasarkan pada agenda acara, Icuk mengatakan, proses pemilihan ketua baru baru diadakan sekitar pukul 16.00. Namun ternyata, agenda itu terjadi lebih cepat sekitar pukul 10.30. Padahal, ia katakan, saat itu merupakan jadwal bagi Pengprov untuk memberikan pandangan umum terkait laporan pertanggungjawaban. "Hari ini kita melihat tata tertib acara dilanggar," kata dia.
Icuk pun kaget ketika mendengar Gita sudah terpilih secara aklamasi. Ia sendiri tidak ada di ruang sidang ketika keputusan diambil. Pasalnya, Icuk saat itu tengah melakukan lobi dengan beberapa pemegang suara untuk bisa mendukung dirinya sebagai ketua baru PBSI. "Kalau agenda berjalan pada jam empat (sore), saya berpikir masih bisa membalikan keadaan," ujarnya.
Namun Ketua Sidang Munas, Koesdarto Pramono, sudah mengetuk palu terlebih dulu untuk memutuskan Gita sebagai ketua baru. Sedangkan Icuk dongkol karena merasa kalah sebelum bertarung. Ia mengatakan, dirinya tidak mempunyai kesempatan untuk menyampaikan visi misinya pada peserta munas. "Pukul 10.30 sudah langsung diputuskan selesai, itu lucu sekali," kata pria yang menjabat sebagai Ketua Pengprov PBSI DKI Jakarta itu.
Icuk berpendapat, munas PBSI ke-21 ini cacat hukum. Termasuk jadwal penyelenggaraan munas yang dilaksanakan sebelum masa jabatan Ketua Umum PBSI, Djoko Santoso, berakhir. Melihat situasi ini, ia menilai kepengurusan PBSI tidak mengarah pada perbaikan. "Bukannya menjawab untuk membenahi, tapi yang terjadi justru mempertontonkan cara yang tidak elegan," katanya.