Rabu 13 Feb 2013 11:17 WIB

Nadal Kecam Aturan 20 Detik

Petenis Spanyol, Rafael Nadal, melepaskan servis saat berduet dengan petenis Argentina, David Nalbandian, menghadapi ganda Spanyol, Pablo Andujar-Guillermo Garcia-Lopez, di turnamen Brazil Terbuka di Sao Paulo, Brazil, Selasa (12/2).
Foto: Reuters/Nacho Doce
Petenis Spanyol, Rafael Nadal, melepaskan servis saat berduet dengan petenis Argentina, David Nalbandian, menghadapi ganda Spanyol, Pablo Andujar-Guillermo Garcia-Lopez, di turnamen Brazil Terbuka di Sao Paulo, Brazil, Selasa (12/2).

REPUBLIKA.CO.ID, SAO PAULO -- Mantan petenis peringkat satu dunia, Rafael Nadal, akan menjajal turnamen lapangan keras. Nadal tengah mempersiapkan diri untuk turnamen keduanya, Brazil Terbuka, setelah pulih dari cedera.

Pria Spanyol berusia 26 tahun itu baru saja memainkan pertandingan kompetitif di Chile Terbuka pekan lalu. Dia tampil setelah pulih dari cedera lutut kiri yang membuatnya menepi selama tujuh bulan.

Nadal mengatakan jumlah turnamen yang dimainkan di lapangan keras akan membatasi karier seorang pemain. Ia juga mengkritik pemaksaan pertandingan-pertandingan dilakukan dengan cepat dengan memaksakan peraturan 20 detik di antara poin-poin di ajang-ajang Grand Slam.

"Lapangan-lapangan keras begitu agresif terhadap lutut, punggung, dan pergelangan kaki," kata juara Grand Slam sebanyak 11 kali ini. "Itu merupakan pembicaraan di antara para pemain dan dokter.''

Nadal mengakui ada pembicaraan untuk membuat perubahan seperti mengurangi jumlah ajang pertandingan lapangan keras. Meski, hal tersebut akan menjadi mustahil pada masa sekrang ini.

''Namun, saya pikir ATP dapat mengerjakan sesuatu untuk memikirkan bagaimana panjangnya karier para petenis,'' kata Nadal. ''Dapatkan Anda membayangkan para pemain sepak bola bermain di (atas) semen?"

Nadal sering dikritik perihal panjangnya waktu yang ia perlukan di antara poin-poin. Namun, peringatan terhadap permainan lambat jarang terjadi.

Para petinggi ATP belakangan setuju bahwa para wasit diharapkan menekan peraturan 20 detik di antara poin pada ajang-ajang Grand Slam. Usulan yang memicu kritik dari para petenis papan atas.

"Perubahan peraturan seharusnya dibuat untuk mengembangkan olahraga," ucapnya. "Orang-orang ingin melihat reli-reli panjang dan poin-poin yang diperjuangkan dengan susah payah. 25 detik tidak cukup."

sumber : Antara/Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement