REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Kebijakan Federasi Tenis Internasional (ITF) untuk memberlakukan paspor biologis untuk memerangi doping menuai kecaman.
Terbatasnya dana yang dikucurkan untuk program tersebut dinilai justru bakal mempermudah para atlet melakukan doping.
Pakar anti-doping dari UCLA Olympic Analytical Laboratory, Don Catlin, mengatakan, program paspor biologis itu terlalu terburu-buru untuk diterapkan mulai tahun ini. Sebab, untuk membangun profil biologis seorang atlet saja dibutuhkan data-data tes darah dari empat hingga lima tahun ke belakang.
"Tanpa itu, profil biologisnya tidak akan akurat," kata Catlin kepada The Guardian, Rabu (13/4).
Pekan lalu, sejumlah organisasi tenis dunia, ITF, ATP, WTA, dan turnamen-turnamen grand slam sepakat untuk mengadopsi paspor biologis yang lebih dulu sukses di cabang balap sepeda dan atletik.
Mereka menganggarkan dana sebesar dua juta dolar AS per tahun untuk pembiayaannya. Menurut Catlin, dana senilai itu jauh dari cukup untuk menerapkan paspor biologis.Ia menyarankan, dengan anggaran yang terbatas, tenis lebih baik meningkatkan frekuensi tes-tes doping yang ada saat ini.
"Menggandakan frekuensi tes urin lebih masuk akal dibanding menerapkan paspor tersebut. Sebab, menganalisis sampel darah 100 pemain teratas lima kali dalam setahun tidaklah murah," paparnya.
Menanggapi keberatan dari sejumlah kalangan, ITF disebut telah sepakat menaikkan anggaran paspor biologis menjadi 3.5 juta dolar AS per tahun. Tapi, Cattlin menilai, anggaran tersebut masih terlalu rendah.
Ia beralasan, dunia tenis masih kekurangan tenaga untuk mengintepretasi hasil tes darah.Paspor biologis berisi data-data berdasarkan profil darah. Jika seorang atlet kedapatan mengalami banyak perubahan dalam perimeter profilnya, maka ia bisa terjerat kasus doping.
Selama ini, tes darah dalam tenis hanya digunakan untuk mengetahui perkembangan horman para atlet. "Jika data yang ada tidak akurat, maka atlet akan semakin mudah menyiasati tes darah," tandasnya.
Hingga saat ini, ITF belum mengumumkan kapan paspor biologis pemain ini akan mulai efektif diberlakukan. Terkait teknis pelaksanaannya, ITF bekerja sama dengan Badan Anti-Doping Dunia (WADA).