REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR-- eraih medali perunggu Olimpiade Beijing 2008, Maria Kristin Yulianti, mengaku semakin menikmati profesinya sebagai pelatih. Ia memutuskan gantung raket karena cedera lutut kanan yang berkepanjangan.
"Seru sih, saya senang berbagi pengalaman. Jadi lagi menikmati saja sambil masih belajar karena menjadi pelatih itu tantangannya beda," kata Maria ditemui di Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (1/6)).
Ia menuturkan tantangannya adalah bagaimana menghadapi banyak orang dengan karakter yang berbeda. Ia juga mengaku kerap merasa gemas sendiri ketika mendampingi anak didiknya bertanding.
"Kadang melihat mereka main masih suka gemas sendiri, harusnya mereka begini harusnya begitu. Kalau mereka kalah, saya juga kepikiran. Dulu sewaktu masih jadi atlet lebih gampang, mikir diri sendiri saja," ujar Maria yang juga meraih medali emas SEA Games 2007 itu.
Sebagai asisten pelatih di PB Djarum yang menangani atlet dibawah usia 15 tahun, Maria mengaku jarang memarahi anak didiknya.
"Tapi kalau kebangetan ya saya ngomongnya agak 'menusuk' sedikit. Anak sekarang tidak bisa diomelin, suka protes," kata Maria seraya tertawa.
Setelah sukses menjadi atlet yang mendunia, kini mantan tunggal putri kebanggaan Indonesia itu ingin fokus menjadi pelatih yang baik.
"Kepuasaannya kalau sudah ada anak didik kita yang menunjukkan kemajuan," jelas Maria. Kini ia memiliki 13 anak didik nomor tunggal putri.