REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Beberapa bulan yang lalu, nama Stanislas Wawrinka dielu-elukan sebagai penghancur dominasi 'The Big Four' di dunia tenis. Petenis asal Swiss itu menjadi headline pemberitaan media internasional setelah memenangi turnamen grand slam, Australia Terbuka, Januari lalu.
Harapan sebagian pecinta tenis untuk melihat juara grand slam selain Rafael Nadal, Novak Djokovic, dan Roger Federer semakin melambung pekan lalu. Menjelang pembukaan Prancis Terbuka, Wawrinka mengatakan bahwa dirinya adalah favorit utama di Rolland Garos.
Namun, harapan itu hanya bisa bertahan seumur jagung. Wawrinka harus menarik kata-katanya sendiri pada babak pertama turnamen lapangan tanah liat tersebut.
Melawan petenis peringkat ke-41 dunia, Guillermo Garcia-Lopez, Wawrinka tumbang dalam laga empat set.
"Saya tak bisa menjawab mengapa saya tak bisa bermain bagus," kata Wawrinka selepas laga seperti dilansir ESPN.
Pada laga tersebut, Wawrinka lebih banyak melakukan kesalahan sendiri. Petenis usia 29 tahun itu tercatat melakukan 61 kesalahan dan hanya mampu meraih 54 persen poin dari servis.
Kekalahan ini menjadikan Wawrinka sebagai juara Australia Terbuka pertama yang tersigkir di babak pertama Prancis Terbuka setelah Petr Korda pada 1998. Wawrinka menyebut kekalahan oleh Lopez merupakan salah satu kekalahan terpahit sepanjang kariernya.
Ia mengatakan tekanan sebagai petenis papan atas sedikit banyak telah mempengaruhi permainannya.
"Sekarang, setelah memenangi sebuah grand slam, Masters 1000, dan menjadi peringkat ketiga dunia, segalanya menjadi berbeda," ungkapnya.
Meski pahit, Wawrinka optimistis mampu segera bangkit ke permainan terbaiknya. Ia mengatakan, saat ini dirinya perlu membangun kembali kariernya dari nol.
"Saya punya tim yang bagus di sekeliling saya. Saya yakin saya akan baik-baik saja," ujarnya.