Selasa 17 Jun 2014 10:11 WIB

Keseharian Atlet Bulu Tangkis Jepang Ternyata Juga Sambil Bekerja

Para pemain bulutangkis Jepang ternyata juga sambil bekerja dalam keseharian hidupnya
Para pemain bulutangkis Jepang ternyata juga sambil bekerja dalam keseharian hidupnya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Jepang mungkin saja bisa disebut sebagai negara dengan perkembangan di dunia bulutangkis paling pesat di antara negara-negara lainnya saat ini. Di saat performa atlet putra Cina sedang menurun dan atlet putri Indonesia sedang 'mati suri', kekuatan Jepang meningkat di saat yang tepat.

Hal ini terlihat dari final Thomas dan Uber Cup 2014 di India beberapa waktu lalu. Baik tim Thomas dan tim Uber Jepang lolos ke babak final. Jepang hampir saja meraih dua piala itu secara bersamaan seperti yang dilakukan Cina dan Indonesia sebelumnya. Namun tim Uber Jepang masih harus mengakui ketangguhan para pemain putri dari Cina.

Sedangkan tim Thomas Jepang, bermain ulet dan tanpa beban. Akhirnya bisa mengalahkan Malaysia di babak final dengan skor ketat 3-2. Jepang pun meraih piala Thomas untuk pertama kalinya dalam sejarah bulutangkis. Jepang juga menorehkan sebagai negara keempat setelah Indonesia, Malaysia dan Cina yang pernah meraih piala tersebut.

Namun di balik kisah sukses para pemain Jepang, ternyata ada kisah keuletan lagi di dalamnya. Selain ada yang sedang mengenyam pendidikan tinggi, para pemain Jepang ternyata juga sambil bekerja dalam kesehariannya.

Jika tidak ada turnamen, mereka kembali kehidupannya yaitu bekerja, ada yang bekerja di sektor pemerintahan, dan ada juga yang bekerja di sektor swasta. Sedangkan latihan, semacam Pelatnas di Jepang, hanya dilakukan dua kali tiap pekan selama delapan jam.

"Latihan selama delapan jam dianggap masuk kerja sebagai absensi. Itu dispensasi dari tempat bekerjanya. Jadi perusahaan tempat mereka bekerja sudah mengetahui ada karyawannya yang juga atlet," kata pelatih tim Jepang, Riony Mainaky yang ditemui di sela-sela latihan tim Jepang di Istora Senayan, Senin (16/6) malam.

Namun bagi pemain Jepang yang sudah memiliki peringkat dunia dan kerap diturunkan dalam turnamen-turnamen dunia, lanjutnya, akan fokus dan lebih memprioritaskan pada karirnya di dunia bulutangkis. Sedangkan pemain yang masih belum berprestasi, ia menilai masih belum dapat memilih konsentrasi antara pekerjaan dengan karirnya di bulutangkis.

Dengan tim Jepang yang sudah mendominasi Thomas dan Uber Cup 2014 lalu, ia selalu menekankan kepada para pemain agar tidak terjebak euforia kemenangan. Ia malah memberikan beban tambahan agar dapat selalu meraih gelar di setiap turnamen, termasuk di BCA Indonesia Open Super Series Premier 2014 ini.

Dalam perkembangan bulutangkis di sejumlah negara, ia mengakui adanya pemerataan. Ia mengakui kemenangan tim Thomas Jepang mengalahkan Cina di semifinal dan Malaysia di final, karena ketenangan dan sikap tanpa beban dari tim Jepang. Sehingga menimbulkan kepercayaan diri dari para pemain.

Sebelum berlaga ke BCA Indonesia Open Super Series Premier 2014 ini, tim Jepang telah melakukan pemanasan seperti di Jepang Open Super Series 2014 pekan lalu. Turnamen Indonesia Open ini memang sudah dinantikan para pemain agar berprestasi.

"Kalau pada Thomas dan Uber Cup kan memang kita meminta agar tidak ada beban. Tapi sekarang harus ada beban karena sudah menjadi juara, harus membuktikan ke negara lain," tegasnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement