REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Minimnya prestasi yang ditorehkan para pemain putri Indonesia menjadi keprihatinan berbagai kalangan, salah satunya legenda bulutangkis, Susi Susanti. Susi mengaku rindu dengan adanya pemain putri, khususnya di tunggal putri yang bisa menjuarai turnamen tingkat dunia.
"Ya kita inginnya mereka jadi juara di turnamen-turnamen besar termasuk di BCA Indonesia Open 2014 ini, tapi kita tetap harus realistis. Paling tidak membuat kejutan hingga semifinal dulu," kata Susi yang ditemui di sela-sela welcome dinner di Hotel Sultan Jakarta, Senin (16/6) malam.
Susi menuturkan pembinaan para pemain putri harus sudah dilakukan sejak dini. Pasalnya negara lain seperti Cina, Jepang dan Korea serta terakhir India, memiliki regenerasi yang cepat untuk melahirkan pemain-pemain muda yang berkualitas.
Ia menyebutkan Juara Dunia Junior 2013, Akane Yamaguchi, meski memiliki postur tubuh yang kecil, namun Akane memiliki kaki yang kuat dan pukulan yang tajam. Menurutnya postur memang memiliki pengaruh yang besar bagi pebulutangkis namun juga harus diikuti dengan kualitas dan kemampuannya.
"Kalau tinggi tapi kakinya nggak kuat dan pukulannya tidak tajam kan percuma saja. Seperti Akane yang akan kita coba bentuk untuk para pemain junior," ujarnya.
Ia menyebutkan ada beberapa pemain junior yang dianggap memiliki kualitas yang baik. Salah satunya adalah Fitriani. Akan tetapi Fitriani memiliki postur tubuh yang kecil sehingga masih lemah dalam hal pukulan dan gerakan kakinya.
Namun begitu, ia tetap memiliki harapan terhadap para pemain putri Indonesia untuk terus berupaya berpestasi mengharumkan nama Indonesia. Ia menceritakan jarak antara dirinya dan Ivana Lie juga terpaut jauh. Setelah Ivana Lie, pemain putri Indonesia semakin jarang yang berprestasi. Kemudian muncul ia dan juga setelahnya, Mia Audina. Namun setelah era dirinya dan Mia Audina, ia belum melihat pemain putri yang menonjol lagi.
"Tapi saya percaya pasti akan ada lagi Ivana Lie, Susi Susanti dan Mia Audina yang akan lahir lagi. Harapan itu masih ada," harapnya.
Untuk di turnamen BCA Indonesia Open 2014 ini, ia mengatakan peluang Indonesia untuk merebut gelar ada di dua sektor yaitu di ganda putra melalui Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir di sektor ganda campuran.
Ia juga berharap akan ada kejutan dari sektor tunggal putra di Indonesia Open tahun ini. Ia menyebut ada tiga pemain yang berpeluang yaitu Tommy Sugiarto yang saat ini berperingkat 5 dunia, Simon Santoso yang dapat mengalahkan pemain peringkat 1 dunia asal Malaysia Lee Chong Wei serta Dionysius Hayom Rumbaka.
"Tommy, Simon dan Hayom diharapkan bisa membuat kejutan. Apalagi dengan dukungan penonton akan menjadi keuntungan bagi pemain," tegas isteri mantan pebulitangkis, Alan Budikusuma ini.
Prestasi pemain bulu tangkis putri Indonesia di ajang turnamen Indonesia Open memang mengalami pasang surut. Pemain putri dapat menjuarai Indonesia Open pada 1982 melalui Verawaty Fajrin dan pada 1983 melalui Ivana Lie.
Setelah itu, Indonesia baru meraih juara lagi di sektor tunggal putri pada Indonesia Open 1991 melalui Susi Susanti. Susi juga mengukir sejarah dengan meraih juara selama empat tahun beruntun pada Indonesia Open 1994-1997. Regenerasi di tunggal putri berjalan saat junior Susi, Mia Audina menjadi juara di Indonesia Open 1998 dan Lidya Djaelawidjaya pada Indonesia Open 1999.
Ellen Angelina juga sempat meraih juara tunggal putri pada Indonesia Open 2001. Setelah itu hingga turnamen Indonesia Open 2013, Indonesia tidak pernah lagi menjuarai sektor tunggal putri. Hal itu lah yang menjadi kerinduan Susi Susanti untuk melihat juniornya kembali menjadi juara di negerinya sendiri.