REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Novak Djokovic menaklukkan Andy Murray pada Sabtu untuk menyiapkan pertemuan dengan Jo-Wilfried Tsonga di final Shanghai Masters, ketika sang petenis peringkat satu dunia mengincar gelar kesepuluhnya di Cina.
Pertemuan Djokovic dengan petenis peringkat dua dunia Murray menyita banyak perhatian publik, namun hasil 6-1, 6-3 merupakan anti klimaks setelah Tsonga pada pertandingan yang dimainkan lebih awal mengatasi perlawanan Rafael Nadal.
Petenis Prancis itu bangkit dari kekalahan memalukan di set kedua, untuk menang 6-4, 0-6, 7-5, dengan melakukan salah satu ciri khasnya yakni melakukan "dive" untuk memastikan match point.
Namun Tsonga sekarang menghadapi tantangan akbar untuk mengatasi Djokovic, yang melaju ke final ke-13nya secara beruntun dengan rentetan 16 kemenangan beruntun, dan tidak pernah kalah pada final di Cina.
Djokovic secara tidak terduga tidak mengalami kesulitan saat melawan Murray, yang kurang bagus saat melakukan serve dan kesal dengan hal itu, melakukan kesalahan ganda yang menghasilkan break pertama dari tiga break pada set pertama.
Murray bangkit dengan break pada awal set kedua, namun ramainya penonton kelihatannya merusak konsentrasinya ketika ia melakukan "double fault" pada reli ketika Djokovic balas melakukan break.
Double fault keenam Murray membawa dirinya ke dalam masalah yang lebih dalam ketika servenya dipatahkan untuk tertinggal 1-3, dan meski ia menyelamatkan match point pada kedudukan 2-5, pukulan bakchnad Djokovic menyudahi permainannya pada game berikutnya.
Ketika mereka bermain, Tsonga telah terlebih dahulu merayakan salah satu kemenangan terbesarnya tahun ini, ketika Nadal gembira untuk melihat tanda-tanda kebangkitan pada permainannya setelah menjalani musim yang mengecewakan.
"Saya berada di sana sampai akhir. Bukan hari (saya) untuk menang. Saya hanya perlu sedikit menyesuaikan diri pada beberapa hal. Namun secara umum, saya harus gembira," kata Nadal.
"Saya percaya tidak ada keraguan bahwa kepercayaan diri (saya) sekarang lebih tinggi dibanding beberapa bulan yang lalu."
Serve petenis Spanyol itu hanya dapat dipatahkan satu kali sepanjang pekan, namun Tsonga akhirnya menghancurkannya pada game kelima dengan pukulan backhand sebelum ia memastikan keunggulan satu set.
Namun Tsonga mengalami kesulitan pada set kedua, dan dengan beberapa double fault pada momen-momen kritis, Nadal mematahkan servenya sebanyak tiga kali untuk unggul 6-0 atas petenis Prancis itu dan menyamakan kedudukan.
Tsonga mendapatkan kembali permainan terbaiknya untuk set penentu yang ketat, dan ia mematahkan serve lawannya untuk unggul 6-5, ketika pukulan Nadal membentur net.
Melakukan serve untuk menutup pertandingan, Tsonga melakukan "dive" untuk melepaskan pukulan voli forehand dan kemudian membalas beberapa pukulan Nadal dan mendapatkan match point, yang gagal diselamatkan petenis Spanyol itu.
"Saya akan bermain melawan petenis yang sangat bagus. Saya tahu itu akan sulit. Namun bagi saya, itu merupakan kesempatan untuk menggenggam trofi baru dalam hal apapun, karena saya berada di final," kata Tsonga.
"Itu adalah satu pertandingan. Jika saya memenanginya, saya merupakan juara pekan ini. Saya akan menganggapnya sebagai kesempatan, saya akan melakukan segalanya."