REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Manajer Tim Thomas dan Uber Indonesia Rexy Mainaky mengatakan bahasa tubuh merupakan salah satu hal yang menjadi evaluasi untuk para atlet muda putra Merah-Putih selama berlaga di turnamen itu.
"Evaluasi nanti kami lihat melalui video lagi, ini yang harus dilakukan 'body language'," ujar dia di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Senin (23/5).
Sejumlah atlet berusia muda, ujar dia, baru pertama kali menjadi tulang punggung di Thomas Cup sehingga gerak-geriknya masih banyak yang harus diperbaiki. Pemain, katanya, harus tegar dan menunjukkannya kepada lawan saat bertanding agar menjadi perhitungan lawan.
"Ke depan persiapan yang ditingkatkan sebelum menghadapi Thomas Cup" kata Rexy.
Sedangkan untuk Tim Uber Indonesia, ia mengakui atlet dari negara tetangga lebih bagus dan tingkatannya di atas Indonesia. "Uber kita harus lihat level Korea, China dan Jepang harus diakui satu level di atas," tutur dia.
Meski begitu, ia mengapresiasi para pemain muda yang telah menunjukkan keberaniaan dan hal itu merupakan salah satu modal pemain. Ia juga mengingatkan Tim Uber agar tidak merasa kecil hati.
Dalam kesempatan tersebut, Juru Bicara Kementerian Pemuda dan Olahraga Gatot S Dewa Broto mengatakan pemerintah bangga kepada Tim Thomas dan Uber Indonesia karena telah menunjukkan peningkatan prestasi.
"Kami bangga apapun hasilnya jauh dari perkiraan, dibandingkan dua tahun lalu sudah meningkat," katanya.
Pemerintah optimistis dua tahun ke depan Tim Merah Putih akan mengembalikan Piala Thomas dan Uber ke Tanah Air. "Pemerintah bangga sudah memberikan yang terbaik, ini masalah waktu saja," tutur dia.