Rabu 01 Jun 2016 12:49 WIB

Anthony Ginting Gagal Revans

Pebulutangkis tunggal putra Indonesia Anthony Ginting menyeka keringatnya saat bertanding melawan tunggal putra Denmark Jorgensen pada kualifikasi BCA Indonesia Open Super Series 2016 di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (1/6).
Foto: Republika/ Raisan Al Farisi
Pebulutangkis tunggal putra Indonesia Anthony Ginting menyeka keringatnya saat bertanding melawan tunggal putra Denmark Jorgensen pada kualifikasi BCA Indonesia Open Super Series 2016 di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (1/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemain muda Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting gagal membalaskan kekalahannya di final Piala Thomas 2016 beberapa waktu lalu. Di babak pertama BCA Indonesia Open Super Series Premier 2016, Rabu (1/6), Ginting lagi-lagi dikalahkan pemain Denmark, Jan O Jorgensen.

Sejak awal gim pertama, pertandingan ketat diperlihatkan kedua pemain. Ginting juga tidak mau kalah dengan terus melakukan serangan-serangannya ke lapangan Jorgensen. Ginting sempat unggul 6-4, Namun Jorgensen berbalik unggul dengan 8-6 dan 11-9 di paruh gim.

Ginting berhasil menyalip perolehan angka Jorgensen dan berbalik unggul dengan 14-11 dan 15-13. Ginting juga menyentuh game point terlebih dulu dengan 20-17. Namun Ginting lengah. Jorgensen terus menekan Ginting yang terlihat tidak tenang di lapangan. Jorgensen berhasil mencuri lima angka dan memenangkan gim pertama dengan 20-22.

Ginting kembali unggul dalam perolehan angka di gim kedua dari 6-3 dan 11-8. Ginting juga unggul cukup jauh dengan 19-15. Tapi lagi-lagi Jorgensen mampu memanfaatkan situasi di poin-poin kritis. Jorgensen mencapai match point lebih dulu dengan 19-20.

Ginting meraih satu angka untuk memaksakan deuce. Pergantian bola hingga 23-23 diselesaikan dengan baik oleh juara Indonesia Open SSP 2014 ini dengan meraih dua angka selanjutnya dan memenangkan pertandingan dengan 23-25.

"Saya kurang tenang di poin-poin kritis. Padahal sudah unggul sejak awal gim tapi finishing kurang," kata Ginting usai pertandingan.

Ia mengaku sudah belajar dari kekalahannya oleh Jorgensen di Piala Thomas 2016. Ia juga sudah bisa mengatasi bola-bola Jorgensen yang sulit. Namun ia menyesali tidak mampu menyelesaikan pertandingan dengan baik.

Menurutnya Jorgensen pintar dalam membaca situasi saat ia panik dan tidak tenang di poin-poin kritis. Misalnya ia memaksakan dengan mempercepat bola servis. Makanya ia mengakalinya dengan mengangkat tangan tanda ia belum siap menerima servis.

"Saya belajar banyak. Dia banyak ngegertak dari depan. Tadi sudah dapat mengatasinya. Tapi malah kecolongan. Banyak yang harus diperbaiki," ujarnya.

Bagaimana jika bertemu dengan Jorgensen di turnamen lain? "Mudah-mudahan bisa. Meski sekarang kalah tapi paling tidak bisa bermain ketat melawannya," tegas pemain asal Bandung ini.

Sementara itu Jorgensen mengakui mempercepat tempo permainan di pola-pola kritis. Ia menyadari sudah tidak muda lagi, maka itu tidak menyukai permainan yang lama. "Dia (Ginting) masih sangat muda dan masih panjang ke depannya," ucap Jorgensen.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement