REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kiprah 10 pebulutangkis wakil Indonesia di Olimpiade Rio 2016 yang tampil pada turnamen bulu tangkis BCA Indonesia Open Super Series Premier (BIOSSP) 2016 teramat memprihatinkan. Sampai dengan hari keempat atau tepatnya babak kedua turnamen berhadiah total 900 ribu dolar AS tersebut, tidak ada satu pun yang melenggang ke babak selanjutnya.
Berdasarkan data yang dihimpun, Tommy Sugiarto (tunggal putra), Linda Wenifanetri (tunggal putri), dan pasangan Praveen Jordan dan Debby Susanto (ganda campuran) harus rela tersingkir pada babak pertama.
Sedangkan Greysia Polii dan Nitya Krishinda Maheswari (ganda putri), Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir (ganda campuran), dan Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan (ganda putra) terhenti langkahnya pada babak kedua.
Tommy disingkirkan oleh tunggal putra Hongkong Wei Nan dengan dua set langsung 16-21 dan 14-21. Sedangkan Linda langsung angkat koper usai ditaklukkan wakil Denmark Line Kjaersfeldt via pertarungan tiga set 12-21, 21-18, dan 19-21.
Kemudian, duo Praveen/Debby harus tersingkir pula pada babak pertama lantaran disikat duet Cina Lu Kai/Huang Yaqiong dengan //straight set// 15-21 dan 10-21. Duo Greysia/Nitya dikalahkan pasangan Malaysia Vivian Kah Mun Hoo/Woon Khe Wei 17-21 dan 19-21.
Sedangkan Liliyana/Tontowi ditaklukkan Kim Astrup/Line Kjaersfeldt dengan skor 19-21 dan 17-21. Sementara Hendra/Ahsan dikalahkan pasangan Denmark Mads Conrad-Petersen/Mads Pieler Kolding melalui pertarungan tiga set 21-19, 13-21, dan 18-21.
Saat dimintai tanggapan, Wakil Sekretaris Jenderal Pengurusan Pusat Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) Achmad Budiharto mengaku belum bisa berkomentar banyak ihwal kegagalan wakil Indonesia di Olimpiade Rio 2016 pada BIOSSP 2016. “Saya tadi kebetulan tidak melihat. Jadi, saya masih menunggu laporan dari tim manajer (COM Manajer Tim Ricky Soebagja),” ujarnya kepada //Republika//.
Sedangkan dalam keterangan pers seusai pertandingan, Greysia mengaku tidak ambil pusing dengan kekalahan ini. Bersama Nitya, keduanya lebih memilih untuk menerima kekalahan dengan lapang dada.
“Harus kita akui memang kondisi kita berdua memang tidak dalam kondisi 100 persen fit. Bukan karena alasan, tapi memang ini yang kita rasakan sekarang. Di samping itu, Malaysia juga bukan lawan yang mudah,” ujar Greysia. Greysia pun mengakui, sebelum BIOSSP 2016 otot pahanya sempat tertarik.
“Kita kondisinya memang lagi sakit dua-duanya . Di lapangan bukan lawan mereka (Malaysia), tapi melawan rasa sakit,” katanya. Hal senada diutarakan Nitya yang akrab disapa Titin.
“Seperti yang Greysia bilang kita memang kondisinya tidak 100 persen. Jadi main pun lebih untuk menjaga badan kita dahulu,” ujarnya. Ganda putri andalan Merah Putih Indonesia ini kemudian mengungkapkan bahwa target jangka panjang mereka adalah bermain di Olimpiade Rio 2016.
Meskipun begitu, bukan berarti BIOSSP 2016 dikesampingkan. “Indonesia Open merupakan pertandingan untuk penunjang Olimpiade 2016. Turnamen yang harus dijaga sebelum Olimpiade,” kata Greysia.
Sedangkan Liliyana yang akrab disapa Butet mengatakan, dirinya bersama Tontowi memang bermain di bawah performa terbaik mereka. “Padahal kita lihat Denmark-nya sendiri baru main mix (campuran) juga. Karena bukan pemain mix makanya nothing to lose,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Butet, ketidaktenangan juga jadi faktor lain. “Terlihat dari bola-bola gampang yang harusnya bisa kita selesaikan tapi malah kita mati sendiri,” katanya.
Sementara Owi, sapaan akrab Tontowi, mengaku permainannya di bawah performa. “Mungkin karena tekanan juga terlalu pengen menang,” ujarnya.
Kejutan Jojo
Hasil mengejutkan pada babak kedua kemarin ditorehkan tunggal putra masa depan Indonesia Jonatan Christie. Jojo, sapaan akrabnya, sukses menaklukkan Lin Dan dengan straight set 21-12 dan 21-12.
Jojo mengatakan, kemenangan ini diperoleh berkat strategi yang tepat. “Lin Dan kurang suka main dengan tipe bola di sini (Indonesia Open), karena cepat dan nggak bisa buka //rally//. Tadi saya ikutin, akhirnya dia (Lin Dan) mati sendiri,” katanya.
Namun begitu, Jojo mengakui Lin Dan bermain tidak dalam permainan terbaiknya. Lin Dan sepertinya juga tidak menyukai karakter penonton di Istora Senayan yang dikenal berisik.
Kemenangan tak lantas membuat Jojo besar kepala. “Kemenangan ini memang bukan kekuatan saya saja. Karena memang dia idola saya. Saya pun kelasnya masih di bawah dia. Teknik saya pun di bawahnya. Dua kali Olympic membuktikannya,” lanjutnya.