REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum PP PBSI Gita Irawan mengatakan Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro Brasil memang beda dengan turnamen yang kelas dunia lainnya. Gita mengatakan atmosfer stadion Riocentro yang menyelenggarakan perebutan medali untuk cabang bulu tangkis membuat para pemain gugup.
Hal itulah kata mantan Menteri Perdagangan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu membuat beberapa atlet yang diharapkan berpretasi di Rio Janeiro justru kalah. Salah satu yang dimaksudkan Gita adalah pasangan ganda putra Indonesia Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan.
“Olimpiade Rio ini sangat berbeda dengan turnamen besar lainnya. Suasananya menegangkan, jantung ini serasa mau copot ketika di Stadio Riocentro. Itulah yang dirasakan Hendra/Ahsan,” kata Gita di Cipayung ,Jakarta, Rabu (24/8).
Ahsan dan Hendra diketahui keok ketika masih di babak penyisihan grup. Unggulan nomor dua itu kalah di pertandingan terakhir di grup D. Mereka dikalahkan wakil Cina Chai Biao/Hong Wei dua gim langsung 15-21, 17-21.
Gita juga membela semua atlet bulutangkis Indonesia lainnya yang berlaga di Olimpiade Rio de Janeiro. Menurut pengusaha berusi 50 tahun itu, semua atlet bulutangkis Indonesia sudah memberikan yang terbaik demi bangsa. Walaupun hasilnya hanya satu medali emas yang diraih pasangan ganda campuran Liliyana Natsir/Tontowi Ahmad.
Gita kemudian membandingkan atlet-atlet Indonesia punya nasib yang sama dengan atlet kelas dunia lainnya. Kata dia memang sangat banyak kejutan yang hadir di Olimpiade Rio. Misalnya perenang terbaik dunia Michel Phelps yang secara mengejutkan dikalahkan perenang muda asal Singapura Jason Scholling.
“Phelps saja bisa dikalahkan oleh perenang Singapura, petenis sehebat Serena Williams juga kalah. petenis tak terkalahkan Novac Djokovic juga kalah. Memang Olimpiade Rio ini penuh kejutan. Tapi ini lah Olimpiade,” ujar Gita.