Jumat 02 Sep 2016 16:03 WIB

Kisah di Balik Dapur Peraih Medali

Pasangan Liliyana Natsir dan Tontowi Ahmad
Foto: Marcelo del Pozo/REUTERS
Pasangan Liliyana Natsir dan Tontowi Ahmad

Oleh Dian Fath Risalah

REPUBLIKA.CO.ID, Keberhasilan ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir, merebut medali emas Olimpiade masih meninggalkan sejumlah kisah. Keberhasilan meraih supremasi tertinggi di dunia olahraga itu nyatanya juga dipetik berkat jasa orang-orang di balik layar.

Mungkin tak banyak yang mengenal salah satu orang di balik kesuksesan Tontowi dan Liliyana meraih emas. Salah satu orang yang berjasa itu adalah Dewi Tutwuri Handayani.

Dialah yang bertanggung jawab menyiapkan menu makanan bagi para atlet di Pelatnas PBSI Cipayung, termasuk Tontowi dan Liliyana. Selama para atlet menjalani persiapan Olimpiade, Dewilah yang menyiapkan asupan makanan bergizi.

Sudah delapan tahun ia menjadi juru masak para atlet bulu tangkis. Setiap hari, bersama tiga koki lainnya, Dewi memasak menu makanan yang bervariasi. 

Selama kepengurusan PBSI di bawah pimpinan Gita Wirjawan, Dewi menjadi kepala koki. Dewi mengungkapkan, untuk bisa terpilih menjadi koki di pelatnas PBSI harus melewati beberapa tahapan dan proses. 

"Sebelum pembentukan tim ini, kami harus menjalani tes memasak. Pengurus serta pelatih juga ikut dalam mencoba masakan kami. Saat itu kami juga diberi gambaran kalau melayani atlet itu beda dan memiliki ritme yang khusus," ungkap Dewi kepada Republika, di Pelatnas PBSI Cipayung, Rabu (31/8).

Bahkan, sambung Dewi, ia pun harus mengikuti waktu libur para atlet yang tidak seperti waktu libur nasional. Selain itu, memilih menu makanan untuk para atlet tidaklah segampang seperti waktu ia menjalankan usaha katering. 

Mengenai menu makanan setiap hari, dia pun diwajibkan membuat makanan sehat. Bahkan, menjelang pertandingan, dia dituntut menyajikan makanan bergizi lebih besar. "Ketat kalau mau bertanding, pokoknya jangan sampai ada makanan berminyak," tuturnya mengungkap rahasia di balik dapur PBSI.

Wanita asal Magelang itu menceritakan, ia juga harus secara telaten saat melayani para atlet. "Namanya juga jauh dari orang tua, kalau sedang capai karena latihan, sering malas makan. Jadi sudah dijadwalkan Bu Dokter untuk makan siang jam 11 siang," ungkapnya.

Tak hanya menyiapkan makanan. Kadang para koki ini menjadi teman atlet untuk menumpahkan keluh kesahnya. "Kami juga harus melayani mereka dengan perasaan yang tulus dan ikhlas karena pasti adalah sedikit emosi dari mereka, kan capai habis latihan, apalagi kalau habis dimarahi oleh pelatihnya," ungkapnya.

Selain Dewi, ada pula Laila Hamid. Dia adalah dokter sekaligus ahli gizi yang mengatur pola makan atlet. Dia mengatakan, jadwal makan yang teratur sudah menjadi keharusan bagi para atlet. "Mereka jangan sampai telat makan agar asam lambungnya tidak naik," tutur Laila.

Lulusan kedokteran Universitas Yarsi itu setiap hari menyusun menu yang lezat dan juga sehat. Menu yang dipilih harus memiliki beberapa aspek yang harus dipenuhi. Mulai dari masakan yang rendah lemak, mengandung protein nabati, memiliki kalori yang tinggi, serta bahan makanan yang segar dan bagus. 

"Bahkan, bila anak-anak meminum jus pun harus disamakan kalorinya, misal antara jus jambu dan jus jeruk meskipun berbeda buah, para koki harus membuatkan dengan kalori yang sama. Pakem itu sudah ada," jelas Laila.

Selain itu, lanjut Laila, setiap atlet juga memiliki target dan takaran yang berbeda satu sama lain. "Rata-rata asupan yang diperlukan itu mulai dari 3.000 sampai 4.500 kalori, tergantung berat badan, kadar lemak, dan target dari si atlet. Perlakuan pun juga berbeda, contohnya seperti sembilan atlet yang ikut Olimpiade Rio kemarin. Mereka sudah kami atur (asupan gizinya) sejak kejuaran bulu tangkis dunia di Jakarta," ujarnya.

Kemudian, untuk mengatasi keinginan para atlet yang ingin jajan di luar pelatnas, dirinya pun mengakali dengan memberikan jajanan olahan sendiri. Jajanan olahan PBSI itu dipastikan terjamin kualitas gizinya. 

"Variasi makanan di Indonesia kan banyak, sangat manusiawi bila mereka kangen masakan di rumah atau jajanan di luar. Jadi, mereka boleh request, nanti akan saya buatkan. Misal mereka ingin makan mi instan, nanti kami buatkan mi olahan sendiri. Untuk gorengan, sesekali," tuturnya.

Laila juga harus meladeni permintaan para atlet yang menginginkan makanan favoritnya ada di menu makanannya. Menu favorit itu tentu berbeda-beda. 

Tidak bisa dimungkiri, beragamnya suku asal para atlet pasti memiliki makanan favorit dari daerahnya masing-masing. 

Dia lantas membocorkan rahasia makanan dari pasangan emas Indonesia, Liliyana dan Tontowi.  Liliyana Natsir, kata Laila, sangat menyukai makanan khas kampung halamannya, Manado. Ini seperti ikan, sambal rica-rica, atau sambal dabu-dabu. "Biasanya kalau sedang capai atau rindu rumah, mereka sering request. Tapi kalau untuk Butet (panggilan akrab Liliyana), untungnya tidak memilih-milih makanan," kata Laila.

Selera Tontowi pun berbeda dengan Liliyana dalam urusan perut. "Kalau seperti Owi (Tontowi Ahmad) karena dia berasal dari Jawa, makanan favoritnya soto sama tumisan cabai," tambahnya. 

Laila mengaku bekerja melayani atlet dijalaninya dengan rasa sukacita dan sepenuh hati. Sebab, mereka sadar, yang mereka lakukan adalah jadi bagian untuk mengabdi pada Ibu Pertiwi.

Yang mereka layani pun bukan orang sembarang, melainkan pahlawan olahraga nasional. Hingga akhirnya keberhasilan Tontowi dan Liliyana membawa kebahagiaan yang tak terkira kepada Laila, Dewi, dan para koki. Kebahagiaan yang tak ternilai harganya.n

Tulisan ini dimuat di Koran Republika edisi Jumat (2/9).

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement