REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) mengharapkan atlet-atlet bulu tangkis yang telah mengikuti pemusatan pelatihan nasional tidak lagi mengikuti Pekan Olahraga Nasional (PON). “Saya ingin atlet-atlet di pelatnas itu berorientasi Olimpiade atau Asian Games," ucap Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, Rexy Mainaky, seusai acara 'BRI Berbagi Raket Juara' di Jakarta, Sabtu (1/10).
Rexy mengatakan, cabang-cabang olahraga yang telah menjadi cabang prioritas Olimpiade seperti atletik, renang, dan bulu tangkis selayaknya memandang PON sebagai ajang pembinaan. “Mereka yang mengikuti PON itu merupakan pemain-pemain yang sedang masuk jenjang kompetisi. Pemain-pemain PON adalah mereka yang tidak berkesempatan bermain dalam turnamen-turnamen internasional," ujarnya.
Atlet-atlet pembinaan daerah, menurut Rexy, tampak bermain tidak percaya diri saat menghadapi atlet-atlet pelatnas dalam PON XIX di Jawa Barat. “Bagaimana kami bisa melihat potensi atlet-atlet hasil pembinaan daerah jika mereka sudah menghadapi pemain pelatnas. Mereka langsung tidak punya semangat bertanding karena menghadapi atlet pelatnas," kata Rexy.
Meskipun mengakui kesulitan memantau bibit-bibit atlet daerah, Rexy mengatakan, PP PBSI tidak berwenang untuk ikut campur dalam keputusan terkait batasan usia atlet dalam PON. Dalam cabang bulu tangkis PON XIX di Jawa Barat, Tim DKI Jakarta menjadi juara umum setelah empat medali emas, dua medali perak, dan dua medali perunggu.
Medali emas tim DKI Jakarta meraih empat medali emas pada empat nomor perorangan yaitu pada tunggal putra oleh Jonatan Christie, tunggal putri oleh Fitriani, ganda putra oleh Angga Pratama/Marcus Fernaldi Gideon, dan ganda putri oleh Anggia Shitta Awanda/Della Destiara Haris. Dua medali perak Tim Bulu Tangkis DKI Jakarta berasal dari nomor beregu putri dan nomor perorangan ganda campuran oleh Hafiz Faizal/Shela Devi Aulia.