REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Indonesia kembali meloloskan dua wakilnya ke babak dua Singapore Open Super Series 2017. Fitriani mengalahkan Mitani Minatsu dari Jepang, sementara Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi menghentikan wakil Malaysia, Mei Kuan Chow/Lee Meng Yean.
Fitriani sukses merebut kemenangan setelah bermain selama 66 menit melawan Mitani, dengan skor 15-21, 24-22 dan 21-17. “Di game pertama saya kurang yakin sama pukulan saya sendiri. Tapi di game kedua saya berusaha merubahnya. Saya juga mempercepat pergerakan kaki saya,” kata Fitriani seperti dikutip PBSI, Rabu (12/4).
Sukses menyamakan kedudukan di game kedua, Fitriani berhasil mengatasi game ketiga dengan baik. Ia bahkan memimpin dengan 20-11 atas Mitani. Namun suasana sempat menegang, saat Mitani merebut enam poin berurtan menjadi 20-17 untuk Fitriani. Beruntung setelahnya, Fitriani sukses amankan kemenangan.
“Game ketiga pas akhir-akhir dia banyak melambung-lambungkan bola. Saya jadi sedikit ragu-ragu dengan pukulan saya dan tegang di lapangan,” ujar Fitriani.
Kemenangan juga dipetik oleh pasangan ganda putri. Anggia/Ketut menang melalui tiga game dengan skor 21-19, 14-21 dan 22-20. Game pertama diamankan Anggia/Ketut setelah berhasil unggul sepanjang pertandingan. Meskipun Chow/Lee mencoba menyusul, Anggia/Ketut masih bisa menghadapinya.
Sayang keadaan berbalik pada game kedua. Anggia/Ketut malah terus tertinggal sepanjang berlangsungnya game kedua. Mereka kalah dengan poin yang cukup jauh, 14-21. Kerap tertinggal juga terjadi pada game penentu kemenangan. Namun Anggia/Ketut mengaku tak putus asa. Mereka terus mengejar poin demi poin hingga akhirnya bisa menyalip posisi dan menang 22-20.
“Game kedua kami banyak mengikuti permainan mereka, jadi kami keteteran. Lalu di game ketiga kami banyak melalukan kesalahan, jadi kaya beban tersendiri buat saya. Tapi saya terus berpikir, saya nggak mau keulang lagi kejadian kaya di Malaysia atau pertandingan sebelum-sebelumnya. Saya pengen coba dan pengen mengatasi lawan dengan sebaik mungkin,” kata Anggia.
“Kuncinya saya hanya mengontrol diri sendiri aja di lapangan. Karena kalau masalah teknik kami kurang lebih sama. Sama merubah mind set saat ada di poin-poin kritis, kami harus bisa mengatasi,” tambah Ketut.