Kamis 25 May 2017 05:04 WIB

Raih Hasil Terburuk dalam Sejarah Piala Sudirman, Ini Kata Susy

Manajer Tim Piala Sudirman Indonesia, Susy Susanti
Foto: Humas PBSI
Manajer Tim Piala Sudirman Indonesia, Susy Susanti

REPUBLIKA.CO.ID, GOLD COAST -- Berakhir sudah perjalanan tim Indonesia di perebutan piala beregu campuran bergengsi, Piala Sudirman 2017. Di turnamen yang untuk pertama kalinya digelar di Gold Coast, Australia, tim merah putih harus tersingkir di babak penyisihan.

Ini menjadi catatan terburuk yang ditorehkan oleh Indonesia di turnamen dua tahunan ini sejak mulai digelar di tahun 1989.  Manajer tim Indonesia, Susy Susanti yang berhasil menjuarai Piala Sudirman tahun 1989 silam ini  menurutkan bahwa hasil ini seharusnya akan menjadi bahan untuk bisa bangkit.

"Dengan hasil ini bagi saya, saya harus tetap positif thinking, seorang juara tidak mungkin dilalui dengan langsung satu kemenangan. Dengan situasi perbulutangkisan kita saat ini, dimana kita hanya bisa berprestasi di sektor tertentu, justru ini memacu untuk kita, saya dan tim, memacu atlet-atlet bahwa kita memang butuh kerja keras. Bukan kita terpuruk dengan satu kegagalan, tetapi harus membuat kita lebih kuat, lebih berani dan menjadikan kegagalan ini sebagai jembatan untuk mencapai prestasi yang kita inginkan," ujar Susy.

Susy menilai penampilan atlet-atlet Indonesia saat berjumpa dengan Denmark dan bisa memenangi laga ini menjadi catatan tersendiri. "Perjuangan dan semangat yang ditampilkan hari ini bisa membuktikan bahwa kita masih ada, evaluasi pun yang pasti banyak karena kekuatan bulutangkis sekarang merata. Kita tidak bisa melihat kita kalah dari India, tetapi secara prestasi dan global bulutangkis memang sudah merata. Baru terjadi Taiwan mengalahkan Korea, Thailand hampir kalah dari Hong Kong," tambahnya.

Lebih jauh Susy menyebutkan peta kekuatan bulutangkis saat ini memang kian merata. Kekuatan tak lagi hanya bertumpu di negara-negara yang memiliki sejarah panjang seperti Indonesia, Cina, Korea dan Jepang. Tetapi negara-negara lain pun sudah mulai memiliki kemampuan untuk bersaing.

"Memang kita pernah mendominasi, Cina pun pernah ada di titik terburuk mereka, bukan kami membela diri, dengan hasil yang kita dapat di Piala Sudirman kali ini pun tidak ada yang harus saling menyalahkan. Yang penting kita mau bekerja keras dan berusaha ke depannya, harus ada perubahan dari segi latihan. Kita tidak bisa membandingkan bagaimana prestasi kita pada masa lalu. Menanggalkan nama besar itu memang sulit, tapi kita juga melihat perubahan zaman. Perubahan bagaimana bulutangkis kian mendunia, bagaimana atlet perorangan seperti ada atlet dari Israel, Turki, Spanyol, bahkan Islandia," tuturnya.

Dari hasil yang ditorehkan ini pun, Susy mengakui bahwa terjadi regenerasi yang lambat di tim Indonesia. "Kita tidak bisa mengandalkan pemain-pemain senior, kita bisa melihat, bagaimana Denmark di atas kertas mereka unggulan dua, tetapi sebetulnya kita bisa menang dari mereka yang bermaterikan pemain muda," ujarnya.

"Ke depannya inilah yang harus kita lakukan, bagaimana kita mematangkan mereka, mempercepat regenarasi. Kalau dibilang bibit kita kurang, tentu tidak, kita memang harus kerja keras," jelasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement