REPUBLIKA.CO.ID, KARANGANYAR – Hari pertama audisi umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2017 yang berlangsung di Cirebon dan Solo Raya pada Sabtu (22/7) berlangsung ketat. Ratusan peserta di masing-masing kota berupaya menampilkan permainan terbaiknya agar dipilih oleh tim pencari bakat Perkumpulan Bulutangkis (PB) Djarum dan lolos ke tahapan selanjutnya.
Tercatat dari Cirebon meloloskan 145 peserta, sedangkan dari Solo Raya mencapai 183 peserta. Pelatih dan tim pencari bakat PB Djarum, Sigit Budiarto, menyampaikan kesulitannya menyeleksi ratusan peserta di hari pertama audisi umum. Selain jumlah peserta yang banyak, potensi bibit pebulutangkis yang mengikuti audisi dinilai cukup bagus.
“Kualitasnya saya lihat bagus-bagus. Tapi kita masih belum puas, jadi kita masih akan cari terus," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Senin (24/7).
Pendapat serupa disampaikan Ketua Tim Pencari Bakat PB Djarum, Christian Hadinata, yang melakukan seleksi di Cirebon. Dia masih penasaran dengan kualitas para peserta yang lolos dari tahap seleksi akhir pekan lalu. “Tahap screening ini masih kita monitor terus. Atlet-atlet mana saja yang layak maju ke tahapan berikutnya. Kita akan bisa melihat kualitas mereka di tahap turnamen,” kata Christian.
Tahap screening merupakan proses awal apakah seorang atlet dapat melanjutkan ke tahap turnamen. Para peserta ditandingkan selama 5 hingga 10 menit sesuai dengan kelompok usia dan jenis kelamin. Peserta yang akan lolos dari tahap awal ini akan kembali menjalani proses seleksi berikutnya dalam bentuk turnamen.
Di tahapan tersebut, seluruh peserta yang lolos akan kembali bertanding sesuai kelompok usianya. Mereka akan bersaing ketat saling mengalahkan agar bisa berlanjut ke tahap final di hari terakhir.
Guna memastikan proses seleksi menghasilkan pemain berkualitas, PB Djarum menerjunkan para pelatih dan pencari bakat yang merupakan para legenda bulutangkis Indonesia. Di Cirebon, yang melakukan seleksi adalah Christian Hadinata, Lius Pongoh, Ade Candra, Denny Kantono, Vita Marissa, Kartono, dan Johan Wahyudi. Sementara di Solo Raya ada Sigit Budiarto, Hariyanto Arbi, Yuni Kartika, Engga Setiawan, Alvent Yulianto, dan Basri Yusuf.