REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Indonesia menjadi juara umum pada ajang Kejuaran Dunia Junior (BWF World Junior Championship) 2017. Dua gelar juara dunia, dua runner-up, dan satu medali perunggu berhasil diamankan oleh Indonesia selaku tuan rumah pada Kejuaraan Dunia Junior kali ini.
Ganda campuran Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari mengangkat gelar juara dunia setelah memenangkan perang saudara dengan pasangan Rehan Naufal Kusharjanto/Siti Fadia Silva Ramadhanti, dengan skor 21-23, 21-15, 21-18, di babak final di GOR Among Rogo, Yogyakarta, Ahad (22/10).
Pemain tunggal putri Gregoria Mariska Tunjung memberikan akhir yang manis bagi Indonesia, setelah ia memenangkan pertarungan sengit dengan wakil Cina, Han Yue. Gregoria menang melalui tiga gim permainan atas Han dengan skor 21-13, 13-21, dan 24-22.
Sementara itu, medali perak dipersembahkan oleh pasangan ganda putri, Jauza Fadhila Sugiarto/ Ribka Sugiarto. Jauza/Ribka harus puas menjadi runner up, setelah dikalahkan unggulan dua asal Korea, Ha Na Baek/Lee Yu Rim, dengan skor 18-21, 21-11, dan 21-3.
Di nomor ganda putra, pasangan Rinov Rivaldy/Yeremia Erich Yoche Yacob mempersembahkan medali perunggu bagi Indonesia. Pasangan ini gagal meraih kemenangan setelah dikalahkan pasangan Cina, Di Zijian/Wang Chang di babak semifinal pada Sabtu (21/10).
Sekretaris Jenderal PBSI Achmad Budiharto mengatakan, prestasi yang ditorehkan para pemain junior di ajang Kejuaraan Dunia ini merupakan pencapaian yang patut disyukuri. Pencapaian ini, menurutnya, menjadi titik awal perkembangan dan kemajuan bulu tangkis Indonesia.
"Karena yang terpenting adalah para pemain junior harus dikawal agar mereka bisa tampil menonjol di tingkat junior, kemudian mereka bisa bersaing ke level senior dan diharapkan bisa menjadi bintang-bintang bulu tangkis di dunia," kata Budiharto saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (22/10).
Gregoria tengah dalam kondisi fisik yang kurang bugar saat memperjuangkan gelar juara dunianya kali ini. Budiharto menilai, kemenangan yang diraihnya membuktikkan bahwa semangat dan tekad yang luar biasa bisa mengalahkan segala rintangan. "Pertandingan yang luar biasa. Dia mengatasi kendala dirinya dan menyelesaikan pertandingan yang begitu ketat, karena sampai akhir tidak diketahui siapa yang akan jadi pemenangnya," puji dia.
Sementara itu, Budiharto menambahkan, kekalahan Jauza/Ribka akan menjadi bahan evaluasi para pelatih PBSI. Ia menilai, pemain ganda putri Indonesia masih kalah secara teknik permainan dari lawannya. "Ini akan menjadi evaluasi pelatih untuk turnamen berikutnya," jelasnya.