REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) Susy Susanti menyatakan mencari pemain yang berjiwa pejuang dan berani mati di lapangan. Komentarnya merupakan sentilan bagi pemain yang belum berjiwa tinggi.
"Karena pertandingan sama perang itu sama, pertandingan itu ajang hidup mati kita, karenanya lawan dulu, di medan perang kita nggak tau hasilnya apa sebelum akhir pertempuran," kata Susy saat dihubungi di Jakarta, Kamis (22/2).
Apa yang diungkapkan Susi ini juga, menjadi "sentilan" bagi para pemain yang belum memiliki semangat juang tinggi yang dibutuhkan untuk menjadi jawara bulu tangkis. "Yang manja bagi saya nggak masuk hitungan. Jika ingin juara ya harus bertarung dalam pertandingan, istilahnya dia atau saya yang mati," ujar Susy.
Sebagai pemain pelatnas, menurut Susy, pantang keluar kata menyerah sebelum bertanding. Karena menurut peraih medali emas olimpiade Barcelona tersebut, pelatnas PBSI adalah awal tantangan mereka untuk membanggakan Indonesia.
"Harus punya mimpi. Sekarang sudah latihan capek-capek, meninggalkan semua, terus mau menyerah ya rugi. Kalau begitu nggak usah masuk pelatnas, karena ini adalah awal, PBSI bukan tujuan akhir. Kalau tak ada mimpi jangan harap bisa sukses," ucap istri mantan pebulu tangkis Alan Budi Kusumah tersebut.
Pemain yang memiliki semangat pejuang tersebut yang menurutnya akan menjadi pilihan utama saat Indonesia bertarung di ajang besar seperti Piala Thomas dan Uber, Asian Games serta Olimpiade, pasalnya dirinya tak mau menurunkan pemain yang berstatus utama, tapi berleha-leha.
Karena menurutnya, pemain pelatnas adalah tugas negara, haram hukumnya jika bermain dengan hal tersebut, sehingga harus diperjuangkan hingga batas terakhir dari kemampuannya.
"Yang dibutuhkan Indonesia itu yang siap bertarung. Kita ini satria, bukan buat diri sendiri, tapi membawa nama negara, masyarakat Indonesia, ini yang harus disadari. Dan kalau menang-pun mereka akan menikmati juga," tutur Susy menambahkan.