REPUBLIKA.CO.ID,PALEMBANG - Wacana yang dilontarkan Ketua KONI Sumatera Selatan (Sumsel), Muddai Madang, untuk mengganti nama Jakabaring Sport City (JBC) --komplek pelaksanaan Sea Games XXVI-- menjadi Gelora SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) mendapat tanggapan beragam.
Diantaranya datang dari suporter Sriwijaya FC yang tergabung dalam Singa Mania. Para pendukung klub berjuluk Laskar Wong Kito itu menyatakan menolak pergantian nama JBC atau stadion Gelora Sriwijaya yang menjadi home base Sriwijaya FC menjadi Gelora SBY.
“Jika rencana pergantian nama tersebut benar-benar akan direalisasikan, maka kami suporter akan melakukan aksi. Nama Gelora Sriwijaya Jakabaring sudah identik dengan Sriwijaya FC klub, kebanggaan masyarakat Sumatera Selatan. Sangat tidak menarik jika diubah dan hilang niai sejarahnya”, kata Dedi Pranata, Ketua Singa Mania, Rabu (21/9).
Sementara dua pengamat sosial dari Fisip Universitas Sriwijaya (Unsri), Dr Ardiyan Saptawan dan Dr Alfitri, menyatakan tidak sependapat dengan rencana pergantian nama JBC atau Gelora Sriwijaya menjadi Gelora SBY. Menurut Ardiyan, memang ada kebiasaan menamakan suatu tempat atau bangunan dengan nama orang. Hal tersebut untuk mengingat orang yang sudah meninggal.
“Jadi, bukan yang masih hidup. Kalau yang masih hidup dijadikan nama suatu bangunan, image-nya kurang baik. Justru muncul citra arogansi dan kesombongan,” katanya.
Pedapat senada juga disampaikan pengamat sosial Alfitri. “Perubahan nama Geloa Sriwijaya atau Jakabaring menjadi Gelora SBY lebih bersifat politik. Apalagi, pada saat menjabat sebagai presiden,'' katanya. “Nama Gelora Sriwijaya Jakabaring merupakan bentuk dari nilai kearifan lokal yang seharusnya dijaga. Tidak ada lagi nilainya jika Gelora Sriwijaya diubah menjadi Gelora SBY.''