REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Badan Balap Sepeda Internasional (UCI) resmi mencabut tujuh gelar Tour de France yang diraih pebalab Lance Armstrong. Pencabutan gelar itu lantaran Armstrong terbukti menggunakan doping sepanjang kariernya.
Bak kata pepatah sudah jatuh tertimpa tangga, setelah gelarnya dicabut, pemilik nama lengkap Lance Edward Armstrong itu juga diminta mengembalikan bonus jutaan dolar yang didapatkan dari perusahaan asuransi asal Dallas, Amerika Serikat, SCA Promotion.
Badan Anti Doping AS (USADA) beberapa waktu lalu merilis bukti-bukti jika memakai barang haram tersebut. Penemuan itu menajdi penemuan doping terbesar dalam sejarah olahraga.
Sehari sebelumnya di Jenewa, Swiss, UCI secara resmi mendukung keputusan USADA yang mencabut seluruh kemenangan pebalap asal Amerika Serikat itu. Termasuk tujuh gelar juara Tour de France yang dimenanginya dalam rentang 1999-2005.
"Ia (Armstrong) tidak lagi juara Tour de France, jadi dia tidak pantas untuk mendapatkan bonus yang telah diberikan perusahaan asuransi SCA," kata Jeffrey Dorough, penasehat umum SCA kepada AFP, Selasa (23/10) WIB.
Dorough menegaskan SCA Promotion menuntut pengembalian sebesar 7,5 juta dolar AS yang telah diberikan kepada Armstrong. Termasuk lima juta dolar AS yang di antaranya berupa bonus.
Selama era Armstrong, perusahaan Tailwind Sports yang membawahi Tim US Postal Service menjalin kerjasama dengan SCA. Kerjasama itu guna membayar premi untuk menjamin bonus yang dibayar kepada Armstrong ketika meraih gelar juara Tour de France.
Ketika SCA menarik bonus sebesar lima juta dolar, saat itu Armstrong meraih gelar juara Tour de France untuk keenam kalinya pada 2004. Penarikan bonus itu karena ada dugaan doping. Tapi saat itu Armstrong berhasil memenangi gugatan. Armstrong berhasil memenangi kasus tersebut karena kontrak asli antara SCA dan Tailwind Sport tidak memasukkan klausul soal ketentuan doping.
Selama bertahun-tahun, SCA diperkirakan harus mengeluarkan total 12 juta dolar AS bonus kepada Armstrong. "Tapi jumlah pasti yang bisa saya sampaikan adalah 7,5 juta dolar AS," ungkap Dorough.
Ikuti Whatsapp Channel Republika