REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Uzbekistan merupakan salah satu negara dengan penduduk mayoritas Muslim yang dikenal taat dan kuat memegang prinsip agama. Islam memang mengakar dalam kehidupan masyarakat di negara yang berada di Asia Tengah itu. Islam membentuk kehidupan dasar masyarakat Uzbekistan setelah diperkenalkan pada abad ke-8.
Lebih dari separuh penduduk Uzbekistan adalah Muslim. Menurut Departemen Luar Negeri AS, pada 2009 jumlah Muslim di negeri ini diperkirakan 90 persen dari populasi penduduk dan sisanya menganut Kristen Ortodoks.
Namun, laporan Pew Research Center 2009 menyatakan, jumlah penduduk Muslim Uzbekistan adalah 96,3 persen dari keseluruhan populasi. Diperkirakan terdapat 93 ribu Yahudi di negara tersebut.
Umat Islam paling konservatif ditemukan di Lembah Fergana. Secara tradisional Uzbek belum sangat toleran terhadap agama-agama lain atau terhadap hak-hak perempuan. Sebaliknya, orang-orang Asia Tengah selain Uzbekistan, dianggap sudah moderat dalam mempraktikkan Islam.
Islam tidak dipraktikkan secara terbuka di negara ini, sampai 1991 ketika Uzbekistan memperoleh kemerdekaan dari Uni Soviet. Selama era Soviet, Uzbekistan memiliki 65 masjid dan sebanyak 3.000 mullah (ulama). Selama hampir 40 tahun, Dewan Muslim dari Asia Tengah secara resmi disetujui Soviet untuk mengatur lembaga agama Islam dan melatih para ulama di wilayah tersebut.
Dewan Muslim ini berbasis di Tashkent. Namun, banyak pihak yang menilai organisasi ini berafiliasi dengan Partai Komunis. Sehingga, umat Islam justru lebih menghormati mullah yang tidak terdaftar daripada yang ada secara resmi sesuai data negara. Dampaknya, umat Islam enggan aktif dalam berbagai ritual agama secara terbuka.