Senin 13 Feb 2017 16:00 WIB

Industri Fashion Muslim Indonesia Perlu Identifikasi Pasar

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Nidia Zuraya
Peragaan busana Muslim. ilustrasi
Foto: Antara
Peragaan busana Muslim. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri fashion busana Muslim Indonesia mengalami pertumbuhan pesat. Hal tersebut diungkapkan Kepala Badan Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf kepada Republika, Senin (13/2).

Namun, pesatnya perkembangan bukan berarti tidak ada tantangan yang dihadapi oleh industri fashion Muslim ini. Triawan menjelaskan, para pelaku dan pemerintah perlu mempelajari pasar di luar negeri karena adanya perbedaan selera di setiap wilayah.

"Pelajari market mereka dengan spesifik," katanya melalui sambungan telepon.

Di Inggris saja, kata dia, ada 3,5 juta wanita muslim yang sangat baik untuk dijadikan pasar fashion Indonesia. Sementara masih banyak negara lain dengan muslim di dalamnya belum tergarap maksimal sebagai pasar fesyen Indonesia.

Tapi identifikasi pasar juga harus dilengkapi bagaimana akses mereka mendapatkan produk fashion dari Tanah Air.  Sebagai badan pemerintah yang bergerak di bidang industri kreatif, Bekraf merangkul Duta Besar Indonesia untuk negara lain dalam memanfaatkan potensi pasar global.

Selain itu, mereka juga diminta membantu identifikasi pasar dan audiensi fashion Muslim Tanah Air di luar negeri. Di dalam negeri, diakui Triawan, fashion Muslim sudah sangat berkembang dengan baik. Bukan hanya sebagai pasar yang besar, produsen fashion Muslim pun banyak bermunculan.

Menurut dia, pelaku industri banyak terinspirasi dari para desainer fashion Muslim yang sudah maju seperti Dian Pelangi dan Jenahara. Hal ini memberi dampak positif memunculkan industri fashion Muslim lainnya.

Desain dan tampilan pada saat pameran pun diakuinya jauh lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan terkait akses permodalan di lembaga perbankan, para pelaku pun tidak mengalami kesulitan. "Nggak ada masalah," katanya.

Fashion merupakan sektor industri yang tampak. Maksudnya, kata dia, industri ini memiliki workshop dan produk sehingga bisa diterima oleh bank. Lain halnya dengan industri kreatif seperti musik dan film yang masih kesulitan mendapat akses perbankan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement