REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap tanggal 14 Februari, sekelompok masyarakat memperingati Hari Valentine. Dalih yang dipakai adalah perayaan ungkapan kasih sayang.
Menurut Ketua Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Syahrian, tradisi dari barat itu telah membudaya di Indonesia, khususnya kalangan pelajar. Di sisi lain, perayaan Valentine cenderung dijadikan ajang mengumbar syahwat, semisal seks bebas.
"Tentunya itu sangat mengkhawatirkan, kerena kecenderungannya Valentine dijadikan momentum untuk melakukan hal negatif, seperti free sex. Ikatan Pelajar Muhammadiyah dengan tegas menolak dan mengimbau kepada seluruh remaja dan pelajar muslim untuk tidak merayakan Valentine," ujar Syahrian, Senin (13/2).
Untuk itu, Syahrian meminta, anak-anak muda untuk menyelenggarakan kegiatan yang lebih produktif dan Islami. Untuk mengungkapkan kasih sayang, tidak perlu mengikuti hegemoni budaya asing dan menanggalkan identitas agama.
Sebagai contoh, lanjut dia, para pelajar SMP Muhammadiyah 2 Genteng, Surabaya, menggelar aksi tolak Valentine di Taman Apsari, Surabaya, hari ini (13/2). Selain itu, IPM juga membentuk dan akan meluncurkan gerakan "Nyubuh Yuk!". Peluncurannya akan berlangsung pada 15 Februari 2017.
Menurut Syahrian, beberapa gerakan tersebut dilakukan sebagai sebuah budaya tandingan terhadap hegemoni budaya Barat atas generasi Muslim Indonesia. "Gerakan ini bermaksud untuk menyadarkan dan membudayakan shalat subuh berjamaah di masjid. Budaya 'kecil' yang sering ditinggalkan dan dilupakan. Dengan adanya gerakan ini, kami berharap generasi Muslim tidak lagi bangga membudayakan sesuatu yang menyesatkan," ujarnya.