REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina Persero terus menargetkan ekspansi bisnis ke luar negeri. Setelah mengakuisisi Maurel & Prom yang punya beberapa blok eksplorasi Pertamina, perusahaan pelat merah ini mengincar proyek di beberapa negara asing.
"Kami akan melihat bagaimana opportunity di Nigeria. ada dua negara masih kami jajaki yakni Iran dan Rusia. Ini memang untuk Iran sendiri berharap bisa bulan Februari proposalnya," tutur Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro dalam sebuah diskusi di kawasan Menteng, Jakarta, Senin (13/2).
Pada 2015, Pertamina memiliki aset di tiga negara di luar negeri, antara lain Aljazair, Malaysia, dan Irak. Produksi migas Pertamina di Aljazair sebesar 38,54 juta barrel per hari (mboepd), di Malaysia 37,10 mbopd, dan Irak 38,55 mboepd.
Setahun kemudian, aset Pertamina merambah ke sembilan negara lainnya. Negara-negara tersebut antara lain Kanada, Prancis, Italia, Myanmar, Namibia, dan Kolumbia. Di enam negara tersebut, Pertamina masih dalam proses eksplorasi. Sementara, Pertamina di tiga negara tersisa yakni Tanzania, Nigeria, dan Gabon sudah dalam tahap produksi.
Wianda mengatakan pihaknya juga ingin terus menambah kilang di dalam negeri. Sehingga, swasembada bahan bakar minyak tercapai pada 2022 mendatang.
Baca juga: Penjualan Capai 5,8 Juta KL, Pertalite Geser Premium