REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat Indonesia yang mulai sentimen dengan banyaknya warga dari Cina datang ke Indonesia baik secara legal maupun ilegal bisa menimbulkan persoalan jangka panjang. Salah satunya, terkait dengan wisatawan dari negara tersebut yang digadang-gadang memberikan devisa besar bagi Indonesia.
Deputi III Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Denni Puspa Purbasari mengatakan, dari data hasil riset yang dihimpun KSP, Cina menjadi salah satu negara yang memiliki ketertarikan rendah dan jumlah wisatawan dari jumlah penduduk Cina yang datang ke Indonesia masing terbilang minim. Target mendatangkan lima juta wisatawan mancanegara (wisman) Cina pada 2019 pun bakal lebih sulit jika sentimen anti Cina ini masih berlanjut.
"Kedutaan besar kita di Cina mengabarkan bahwa sentimen anti Cina ini sudah mulai didengar masyarakat sana. Untungnya di Cina pemberitaan dari luar ini agak dibatasi, jadi mereka kurang mendengar berita tentang sentimen dari Indonesia," kata Denni dalam diskusi di Istana Negara, Senin (13/2).
Denni menjelaskan, belum membludaknya wisman Cina yang berkunjung ke Indonesia karena mereka masih menyebut bahwa berwisata ke Indonesia masih terhalang dengan sistem keamanan yang kurang baik. Sisi keamanan ini seperti korupsi di imigrasi, tidak adanya transparansi harga di pasar, atau harga pembayaran yang tidak sesuai seperti ketika menggunakan taksi. Sejumlah fasilitas ini membuat wisman Cina lebih memilih berangkat wisata ke negara maju yang memiliki akses keamanan lebih baik.
Perbaikan sistem ini yang harus segera dijalankan oleh Pemerintah Indonesia, jika target untuk menggaer wisman dari negara tersebut masih relevan dengan target pertumbuhan wisman yang berkunjung ke Indonesia. Selain Cina, negara yang mirip adalah Thailand, Hong Kong, dan Korea Selatan.
Tenaga Ahli Deputi III KSP Sumartono Darmanto menuturkan, sentimen atas warga Cina harus segera dirubah oleh masyarakat Indonesia. Anggapan buruk bagi masyarakat Negeri Tirai Bambu ini bisa berdampak bagi Pemerintah yang ingin menjadikan Indonesia sebagai salah satu destinasi yang layak didatangi wisman dari belahan dunia manapun.
Pemerintah harus segera memberikan informasi lebih banyak ke pada pemerintah Cina untuk menjelaskan ke pada para calon wisman bahwa negara Indonesia tidak seburuk yang mereka kira. "Kita perlu meningkatkan ketertarikan dan mengatasi perspesi yang kurang baik untuk negara-negara ini, termasuk Cina," ujar Sumartono.
Selain itu, guna mengantongi banyak wisman dari Cina, sejumlah kawasan pariwisata yang akan diarahkan untuk mereka baiknya dilenagkapi dengan petunjuk yang menggunakan bahasa Mandari. Selama ini lebih banyak penggunaan bahasa Inggris, sedangkan mayoritas wisman dari Cina tidak paham betul dengan bahasa tersebut.