Selasa 14 Feb 2017 03:16 WIB

Puluhan Unggas Mati di Sukabumi Bukan Akibat Flu Burung

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Yudha Manggala P Putra
Ilustrasi flu burung.
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi flu burung.

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI—Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan Kota Sukabumi melakukan pemeriksaan hewan ternak di sejumlah titik Senin (13/2). Langkah tersebut dilakukan menyusul adanya informasi yang menyebutkan ribuan unggas mati mendadak di Kecamatan Cibeureum, Kota Sukabumi.

Sasaran utama pemeriksaan adalah peternakan burung puyuh di Kampung Selagombong RT 04 RW 03, Kelurahan Cibeureum Hilir, Kecamatan Cibeureum, Kota Sukabumi. Pasalnya, di lokasi tersebut awalnya dilaporkan terjadi kasus kematian unggas terutama burung puyuh.

‘’Setelah apel pagi, petugas kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner langsung ke lokasi peternakan,’’ ujar Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, (DKPPP) Sukabumi Sunaryo kepada Republika Senin (13/2).

Kedatangan petugas, terang dia untuk memeriksa sampel unggas yang mati dan melihat kondisi kandang hewan ternak. Hasilnya ungkap Sunaryo, unggas yang mati tersebut bukan mati karena penyakit flu burung maupun yang lainnya.

Dari keterangan dokter hewan lanjut dia kematian unggas akibat kurang bersihnya kandang. Selain itu lanjut dia, ratusan unggas itu harus berada dalam lokasi kandang yang sempit. Sehingga ada sejumlah unggas yang terinjak-injak maupun sesak di dalam kandang.

Jumlah unggas yang mati pun terang Sunaryo tidak mencapai ribuan ekor seperti yang beredar. Hal ini dikarenakan lokasi peternakan pun maksimal hanya mampu menampung sekitar 500 ekor saja.

Menurut Sunaryo, jumlah unggas yang mati dalam sepekan terakhir ini di peternakan tersebut hanya 10 hingga 20 ekor. Sementara pada Senn ini hanya satu ekor burung puyuh yang mati. Penyebab lainnya ungkap Sunaryo dikarenakan dalam peternakan tersebut hewan ternak yang dipelihara tidak hanya burung puyuh.

Di kandang tersebut dipelihara bebek dan ayam kalkun. Padahal sambung dia pemeliharaan unggas tersebut tidak boleh dicampur dalam satu kandang. Ditambahkan Sunaryo, petugas kesehaan hewan juga melakukan pemantauan ke tiga titik peternakan unggas lainnya di Cikundul, Kecamatan Lembursitu.

Hasilnya, di sejumlah tempat tersebut pun tidak ditemukan kasus unggas yang mati akibat penyakit. Dalam pemeriksaan hewan ternak itu lanjut Sunaryo, petugas memberikan himbauan agar peternak jangan membuang unggas yang mati secara sembarangan. Di mana, unggas yang mati tersebut lebih baik dikubur maupun dibakar.

Salah seorang dokter hewan yang juga Kepala Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner (DKPPP) Kota Sukabumi Riki Barata menambahkan, kematian unggas di peternakan Kampung Selagombang bukan disebabkan penyakit. Melainkan lanjut dia dikarenakan sistem manajemen pemeliharaan unggas yang kurang baik.Terutama kata Riki, peternak kurang memperhatikan biosecurity atau kebersihan kandang.  

Padahal, kebersihan kandang sangat menentukan untuk kesehatan hewan. Diakui Riki, kondisi musim hujan juga berpengaruh pada penyebaran penyakit pada unggas. Sehingga para peternak harus meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi penyebaran penyakit.‘’ Kami sudah memberikan masukan kepada peternak untuk memelihara unggas dengan baik,’’ terang Riki.

Targetnya, tidak ada lagi temuan kasus unggas yang mati akibat penyakit maupun sistem manajemen pemeliharaan yang kurang baik.Lebih lanjut Riki mengungkapkan, kasus flu burung di Sukabumi terakhir ditemukan pada Desember 2013 lalu. Semenara sejak 2014 hingga 2017 ini tidak ditemukan kass flu burung.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement