REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Tokoh Muslim Amerika Serikat, Imam Shamsi Ali, telah menerima surat dari perwakilan umat Buddha New York. Hal ini sebagai bentuk dukungan komunitas Buddha terhadap umat Islam AS yang mengalami diskriminasi di AS sejak kepemimpinan Donald Trump.
Dalam salinan surat yang dikirim Imam Shamsi Ali kepada Republika, Selasa (14/2), Dewan Buddha New York menyatakan bersimpati terhadap kaum Muslim. Di beberapa negara bagian AS, orang Islam mengalami intoleransi dan bahkan ketakutan belakangan ini.
“Yang terhormat saudara-saudari kami. Assalamualaikum! Kita beruntung bertahun-tahun lamanya hidup dalam nuansa toleransi dan saling menghargai antarumat beragama. Namun, kini nuansa yang tampak bergeser menjadi intoleransi, diskriminasi, dan rasa takut yang meliputi Amerika Serikat.”
“Sebagai kaum guru dan praktisi, serta Dewan Agama Buddha di New York, kami ikut terguncang akibat aksi-aksi kekerasan dan diskriminasi yang menyasar umat Islam dan warga kulit berwarna di AS belakangan ini,” demikian kutipan surat tersebut.
Selanjutnya, umat Buddha di New York mengajak umat Islam untuk tidak membalas kebencian dengan kebencian pula. Sebab, bangsa AS dan dunia pada umumnya bergantung pada sikap saling peduli antarumat beragama.
Kaum Buddha juga menyesali sikap keras pemerintahan Donald Trump untuk melarang masuk imigran dari tujuh negara mayoritas Muslim. Padahal, negeri-negeri asal imigran itu banyak yang dilanda perang sampai saat ini.
“Kami tegaskan sikap kami yang menentang setiap kebijakan yang mendiskriminasi umat Islam atau umat agama manapun. Kalian adalah saudara kami. Kami bersama kalian dan selalu dengan tangan serta hati terbuka.”
“Kebencian tidak akan pernah disudahi dengan kebencian di dunia ini. Hanya welas asih yang mampu meredakan kebencian. Inilah hukum abadi,” begitu Dewan Buddha mengutip dari Kitab Dhammapada ayat lima.
Imam Shamsi Ali mengapresiasi pernyataan sikap umat Buddha New York. Menurut dia, dalam Era Trump, seluruh umat beragama hendaknya bersatu-padu untuk mengatasi segala bentuk kebencian dan rasisme.
Ikuti Whatsapp Channel Republika