REPUBLIKA.CO.ID, LAHORE -- Sedikitnya 13 orang tewas dan 82 lainnya luka-luka ketika sebuah bom bunuh diri meledak di Lahore, Provinsi Punjab, Pakistan, Senin (13/2). Polisi langsung mengamankan daerah dekat Mall Road, salah satu jantung utama kota, saat puluhan warga lari ketakutan akan adanya ledakan kedua.
"Ledakan itu begitu kuat. Saya melihat ada yang terluka dan saya melihat api di sekitar lokasi ledakan, orang-orang menangis," ujar seorang saksi mata, Muhammad Tariq, dikutip Arab News.
Kepala polisi provinsi Punjab, Amin Wains, mengatakan 13 orang korban tewas itu termasuk enam polisi Pakistan. Menurutnya, seluruh korban luka telah dilarikan ke rumah sakit Lahore. "Serangan ini tampaknya merupakan ledakan bunuh diri dan menargetkan polisi," kata Wains.
Fraksi Taliban Pakistan, Jamaat-ul-Ahrar, mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Serangan terjadi tiga hari setelah kelompok itu mengumumkan akan melakukan serangkaian serangan terhadap instalasi pemerintah di seluruh negeri.
Seorang juru bicara Taliban memperingatkan, ledakan itu hanya serangan awal. Perdana Menteri Nawaz Sharif menyebut ledakan Lahore sebuah tragedi.
"Terorisme bukan hal yang baru bagi kita. Ini akan menjadi cerita perjuangan terus-menerus kita melawan perang, dan berjuang untuk jiwa Pakistan," katanya dalam sebuah pernyataan.
Sementara itu, di Provinsi Baluchistan, dua anggota skuad penjinak bom tewas di Kota Quetta ketika mereka mencoba menjinakkan bahan peledak.
"Komandan pasukan penjinak bom Quetta dan asistennya tewas saat sebuah bom meledak, ketika mereka mencoba untuk menjinakkannya. Setidaknya 11 orang lainnya terluka dalam insiden ini," kata seorang pejabat senior polisi di Quetta, Abdul Razaq Cheema.
Baca juga, Faksi Taliban Pakistan Bantah Keterlibatan dengan ISIS.
Lahore menjadi salah satu lokasi serangan paling mematikan di Pakistan sejak 2016. Tahun lalu, bom bunuh diri Jamaat-ul-Ahrar di sebuah taman saat perayaan Paskah menewaskan lebih dari 70 orang, termasuk banyak anak-anak.