REPUBLIKA.CO.ID, TSHIMBULU -- Setidaknya 11 orang tewas di Republik Demokratik Kongo pada Senin (13/2) dalam bentrokan antara tentara dan milisi. Seorang aktivis lokal mengatakan milisi tersebut setia kepada kepala suku yang tewas dalam pertempuran dengan polisi tahun lalu.
Presiden Masyarakat Sipil Provinsi Kasai-Central Jean Rene Tshimanga, mengatakan bentrokan itu terjadi di dekat Tshimbulu. Di kota itu tentara menewaskan lebih dari 60 anggota milisi dalam pertempuran Jumat lalu.
"Pagi ini, kami belajar lagi (milisi) menyerang pria berseragam yang ditolak mereka," kata Tshimanga, Senin (13/2).
Akan tetapi dia belum bisa merinci berapa korban tewas baik dari milisi maupun dari tentara. Baik pejabat provinsi maupun militer dapat segera dihubungi untuk memberikan komentar.
Bentrokan serupa dalam beberapa bulan terakhir telah menewaskan ratusan korban dan melukai puluhan ribu orang. Pemimpin milisi Kamwina Nsapu, dibunuh oleh polisi pada Agustus lalu setelah bersumpah untuk menyingkirkan semua provinsi dari pasukan keamanan negara.
Para pengamat mengatakan kekerasan milisi di Kongo mudah terbakar. Yaitu bisa dari konflik terkait dengan tanah, etnis dan sumber daya mineral. Dan ini telah diperburuk oleh kegagalan Presiden Joseph Kabila yang diminta untuk mundur ketika mandat konstitusionalnya berakhir pada bulan Desember.
Pada Sabtu (11/2), misi penjaga perdamaian Kongo PBB mengatakan Kamwina Nsapu melakukan kekejaman kekerasan dan mengerahkan tentara anak. Pihaknya juga mengkritik tentara karena dinilai telah menggunakan kekuatan yang tidak proporsional melawan pejuang milisi, yang biasanya hanya bersenjata ringan.