REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN -- Cuaca ekstrem yang saat ini kerap terjadi di wilayah Kabupaten Kuningan, bisa membuat keselamatan para pendaki ke Gunung Ciremai terancam. Karena itu, pihak pengelola lokal di masing-masing jalur pendakian berwenang menutup pendakian sewaktu-waktu saat cuaca tak bersahabat.
"Saat ini di puncak gunung, cuaca ekstrem memang sedang terjadi,’’ ujar Divisi Humas Badan Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC), Agus Yudantara, Selasa (14/2).
Cuaca ekstrem itu berupa angin kencang, hujan, badai, hingga kabut tebal. Bahkan, suhu dingin di puncak Gunung Ciremai saat ini bisa mencapai minus enam derajat celcius. Kondisi tersebut bisa membahayakan para pendaki, terutama yang tidak tahan dengan suhu yang sangat dingin.
Agus menjelaskan, cuaca ekstrem memang biasa terjadi, terutama saat puncak musim hujan. Kondisi tersebut biasanya terjadi selama Desember hingga Februari.
Menghadapi kondisi itu, setiap pengelola lokal di masing-masing jalur pendakian di Gunung Ciremai sudah diperintahkan menutup pendakian ke puncak gunung saat cuaca ekstrem terjadi. Hal itu demi keselamatan jiwa para pendaki.
"Jadi pendakian ke puncak gunung bisa ditutup sewaktu-waktu,’’ ujar Agus.
Untuk mencapai puncak Gunung Ciremai, para pendaki bisa melalui empat jalur pendakian, yakni jalur pendakian Linggarjati, Linggasana dan Palutungan yang terletak di Kabupaten Kuningan, serta jalur pendakian Apuy yang masuk wilayah Kabupaten Majalengka.
Sementara itu pengelola jalur pendakian Apuy, di Desa Argamukti, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Saiin menjelaskan sistem buka tutup ke jalur pendakian diberlakukan hingga batas waktu yang tidak ditentukan. "Tergantung kondisi cuaca di puncak gunung,’’ ujar Saiin.
Saiin menjelaskan, selama tiga hari berturut-turut, cuaca ekstrem melanda puncak gunung Ciremai. Hujan, petir dan angin kencang bahkan membuat matahari tidak terlihat.
Sebanyak 100 orang pendaki yang sudah ada di pos empat dan lima pun dipaksa turun. Selain itu, 50 orang pendaki yang masih ada di bawah juga dilarang untuk mendaki.
Prakirawan BMKG Stasiun Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Ahmad Faa Iziyn mengatakan, saat Januari-Februari, terjadi puncak musim hujan di wilayah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan). Dari daerah tersebut, wilayah Kuningan dan Majalengka yang tercatat mengalami intensitas hujan paling tinggi dibandingkan daerah lainnya.
"Saat puncak musim hujan, curah hujan di atas normal,’’ kata Ahmad.