REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sebuah catatan panggilan telepon yang dirilis oleh The New York Times menunjukkan hubungan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Rusia. Dari data komunikasi yang terlihat, tim kampanye Trump melakukan kontak secara berkala dengan sejumlah pejabat intelijen negara itu pada 2016.
Menurut laporan yang disebut dibuat oleh penegak hukum AS, Rusia terbukti berupaya mengganggu pemilihan presiden yang digelar pada 8 November 2016. Dalam hal ini, termasuk meretas data dari komite nasional Partai Demokrat.
Badan intelijen AS juga masih berusaha mengetahui apakah tim kampanye Trump bekerja sama dengan Rusia dalam peretasan tersebut. Khususnya, dalam upaya untuk mempengaruhi hasil pemilu.
Meski demikian, belum ada bukti kuat kerja sama seperti itu dilakukan kedua pihak. Tetapi, sikap Trump yang selama ini cenderung ke arah membela Rusia menimbulkan kekhawatiran dari intelijen AS dan lembaga hukum di Negeri Paman Sam tersebut.
Salah satu dari tim kampanye Trump yang diduga melakukan pembicaraan telepon dengan pejabt intelijen Rusia adalah paul Manafort. Ia adalah ketua tim kampanye dan pernah bekerja sebagai konsultan politik di Rusia dan Ukraina.