REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Korea Selatan telah mengonfirmasi kematian saudara seayah Presiden Korea Utara Kim Jong-un, bernama Kim Jong-nam di Malaysia. Kim Jong-nam tewas setelah terkena serangan racun di Bandara Kuala Lumpur, Senin (12/2).
Plt Presiden Korea Selatan Hwang Kyo-ahn mengatakan, insiden pembunuhan itu memperlihatkan kebrutalan dan sifat tidak manusiawi rezim Kim Jong-un. Terlebih jika Korea Utara dinyatakan bertanggung jawab atas kasus itu.
"Korea Selatan memantau setiap pergerakan Korea Utara," ujar Hwang, dikutip BBC.
Sumber anonim pemerintah AS menyatakan, mereka percaya Kim Jong-nam diracun oleh agen Korea Utara. Direktur Badan Intelijen Nasional (NIS) Korea Selatan, Lee Byung-ho, mengatakan Pyongyang ingin membunuh Kim Jong-nam selama beberapa tahun belakangan, tapi ia dilindungi oleh Cina.
Baca: Sebelum Tewas Kim Jong-nam Sebut Diserang Semprotan Kimia
Kasus kematian ini menjadi salah satu kasus terbesar di bawah kepemimpinan Kim Jong-un. Sebelumnya, diktator itu juga mengeksekusi paman kandungnya, Chang Song-thaek pada 2013.
Kim Jong-nam diserang sekitar pukul 09.00 waktu setempat, saat sedang menunggu di terminal keberangkatan Bandara Internasional Kuala Lumpur. Surat kabar Star Malaysia melaporkan, ia akan menaiki penerbangan ke Makau pada pukul 10.00 waktu setempat.
Belum jelas bagaimana serangan dilakukan. Beberapa saksi mengatakan ia disemprot cairan kimia dan disuntik oleh jarum. Kim Jong-nam kemudian tewas dalam perjalanan ke rumah sakit.
Motif pembunuhan belum dapat terkonfirmasi dan pelaku belum teridentifikasi. Polisi sedang mempelajari rekaman kamera keamanan di bandara. Gambar yang beredar di media memfokuskan pada dua perempuan yang terlihat bersama Kim, dan kemudian terlihat meninggalkan tempat kejadian dengan menggunakan taksi.
Kepala Polisi Royal Malaysia, Datuk Sri Abu Samad, mengatakan penyelidikan masih berlangsung. Ia berharap pemeriksaan post-mortem dapat segera selesai agar bisa secepatnya mengetahui penyebab kematian korban.
Menurutnya, para pejabat Malaysia belum secara resmi mengidentifikasi korban. Hal itu disebabkan karena korban menggunakan paspor dengan nama yang berbeda.
Dari paspornya, korban bernama Kim Chol lahir pada 10 Juni 1970. Sementara Kim Jong-nam diyakini lahir pada 10 Mei 1971.
Ini bukan pertama kalinya Kim Jong-nam bepergian dengan identitas palsu. Ia pernah tertangkap mencoba memasuki Jepang dengan menggunakan paspor palsu pada 2001. Dia mengatakan kepada para pejabat Jepang, ia telah berencana mengunjungi Disneyland Tokyo.
Kim Jong-nam diketahui menghabiskan sebagian besar waktunya di luar negeri, tepatnya di Makau, Cina daratan dan Singapura. Setelah kematian ayahnya, Kim Jong-il pada 2011, ia mengatakan tidak percaya kualitas kepemimpinan saudaranya, Kim Jong-un, meski ia mengaku tidak tertarik untuk memimpin.
Seorang mata-mata Korea Utara dipenjara oleh Korea Selatan pada 2012 karena dilaporkan mengaku berusaha mengatur kecelakaan tabrak lari yang menargetkan Kim Jong-nam. Korea Utara selalu tertutup dari sejarah panjang pengiriman agen ke luar negeri untuk melaksanakan pembunuhan, serangan, dan penculikan.