REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dari manakah asal-usul munculnya tulisan yang digunakan bangsa Arab? Agak rumit memang untuk melacaknya. Sarjana Muslim kontemporer, seperti Abd as Shabur as Syahin, dalam bukunya yang bertajuk Tarikh Al Quran, menyatakan, sebagian fakta sejarah didasarkan atas prediksi belaka meski tak sedikit pula yang merujuk pada riwayat yang absah.
Sulitnya melacak jejak dan asal-muasal tulisan bahasa Arab boleh jadi karena tradisi bangsa Arab kurang akrab mendokumentasikan interaksi mereka dengan bangsa dan komunitas lain. Berita perihal dinamika dan aktivitas mereka kebanyakan diperoleh dari goresan puisi para penyair atau dongeng yang dikisahkan secara turun-menurun dari generasi ke generasi.
Sehingga, banyak terjadi distorsi sejarah yang sulit untuk dikaji. Dalam kitab Al Mushaf, Abu Daud as-Sajastani, menyebutkan, tiga versi asal mula Arab mempelajari tulisan. Versi pertama, para Muhajirin belajar khat dari bangsa Herta, sedangkan Herta sendiri mendapatkan ilmu mereka dari bangsa Anbar.
Versi kedua, Basyar ibnu Abd al Malik al Kindi-lah yang menekuni tulisan dari Anbar. Dari jalur Basyar-lah, sejumlah tokoh Quraisy, antara lain Harb bin Umayyah, Muawiyyah bin Abu Sufyan, dan Umar bin Khattab. Versi ketiga, mengungkap, Maramir bin Murrah dan Salamah bin Hazrah adalah tokoh yang meletakkan dasar tulisan.
Mereka berdua adalah penduduk wilayah Buqqah. Kawasan itu tak jauh dari tempat bangsa Anbar berdomisili. Kajian tentang fakta sejarah tersebut—kenyataannya— mempunyai korelasi penting dalam pembahasan mengenai perkembangan dan polarisasi penulisan rasm mushaf Alquran. Rasm Alquran adalah ilmu yang mempelajari tentang penulisan mushaf Alquran.
Pertanyaan-pertanyaan mendasar dan krusial terkait penulisan Alquran mutlak memerlukan jawaban yang memuaskan, baik dari segi logika maupun kepuasan ilmiah. Sebab, bagaimanapun, validitas Alquran dengan sendirinya telah terjamin kemurniannya. Allah SWT berfirman, Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Alquran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. al Hijr [15] : 9)
Kebutuhan akan kajian mendalam tentang masalah itu telah dibaca dengan baik oleh ulama salaf. Satu per satu ulama mencoba memberikan sumbangsih pendalaman yang secara khusus mengurai tentang persoalan rasm, terutama yang menitikberatkan pada pendalaman dan fungsi titik dalam sebuah huruf.
Ada sejumlah ulama yang memberikan perhatian serius pada masalah rasm mushaf Alquran. Mereka antara lain, Abu al Aswad ad Duali (69 H), Al Khalil bin Ahmad (170 H), Abu Muhammad Yahya bin Al Mubarak al Yazidi (202), Abu Bakar Ahmad bin Musa bin Mujahid (324 H), serta Abu Al Hasan Ali bin Isa Ar-Rammani (384).
Sayangnya, hampir tak ada satu pun karya meraka yang sampai di tangan umat hingga saat ini. Karenanya, keberadaan kitab Al Muhkam fi Naqth Al Mashahif, karangan Abu Amar Utsman bin Sa’id Ad Dani (444 H) dinilai sangat strategis. Al Muhkam dianggap sebagai kitab paling representatif yang berbicara tentang rasm.