Kamis 16 Feb 2017 12:01 WIB

Trump Serang Media dan Intelijen Terkait Kontak dengan Rusia

Rep: Puti Almas/ Red: Ani Nursalikah
Presiden AS, Donald Trump
Foto: AP
Presiden AS, Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengecam laporan dari intelijen negara yang beredar di beberapa media, salah satunya di The New York Times. Di sana, dikatakan ia dan tim kampanye pada 2016 cukup sering melakukan kontak dengan Rusia.

Dalam berita tersebut juga disebutkan sejumlah asisten Trump melakukan komunikasi sebelum pemilu AS pada 8 November 2016 berlangsung. Nampaknya, intelijen meyakini Rusia berupaya mempengaruhi suara pada pemilihan untuk memenangkan miliarder itu.

Trump mengatakan Badan Keamanan Nasional (NSA) dan FBI telah memberi informasi secara ilegal. Ia menegaskan hal itu hanyalah upaya dari lawan-lawan politiknya, khususnya Partai Demokrat.

"Informasi ilegal diberikan oleh NSA dan FBI dan ini hanyalah upaya menutupi banyak kesalahan yang dibuat saat kampanye Hillary Clinton yang gagal," ujar Trump melalui aku jejaring sosial Twitter, dilansir BBC, Rabu (15/2).

Komunikasi yang nampaknya disadap antara tim kampanye Trump dan sejumlah pihak di Rusia, termasuk pejabat serta intelijen menunjukkan komunikasi memang dilakukan secara berkala. Namun, tidak ada bukti ada kerja sama yang dilakukan untuk mempengaruhi hasil pemilu.

Salah satu dari tim kampanye Trump yang diduga melakukan pembicaraan telepon dengan pejabat intelijen Rusia adalah Paul Manafort. Ia adalah ketua tim kampanye dan pernah bekerja sebagai konsultan politik di Rusia dan Ukraina.

Namun, ia membantah melakukan kontak dengan intelijen Rusia dan pihak pemerintah negara itu. Manafort juga menegaskan dirinya tidak memiliki kedekatan khusus untuk membela kepentingan Rusia.

"Ini bukan seperti apa yang orang-orang dengan menggunakan lencana mengatakan saya adalah seorang petugas intelijen Rusia," kata Manafort.

Rusia juga menolak laporan yang beredar. Moskow mengatakan tidak pernah ada kontak yang dilakukan tim kampanye Trump, termasuk bukti terhadap hal itu.

"Laporan terbaru mengenai kontak tim kampanye Trump dengan Rusia tidak didasarkan sedikitpun pada fakta-fakta," kata Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement