REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) menyebutkan ada sebanyak 32 koperasi yang telah mendaftarkan diri untuk menjadi penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Deputi Bidang Pembiayaan Kemenkop dan UKM Braman Setyo menjelaskan, pihaknya telah mensosialisasikan kepada asosiasi koperasi dan koperasi syariah untuk mendaftarkan diri sebagai penyalur KUR hingga batas semester 1 2017.
"Yang mengajukan ada 32 koperasi dari total 212 ribu koperasi. Tapi harus kita evaluasi dulu memenuhi persyaratan atau tidak," ujar Braman pada Republika, Kamis (16/2).
Braman menuturkan, koperasi yang dapat menyalurkan KUR adalah yang sudah dinyatakan layak dari segi kesehatan koperasi serta infrastruktur IT nya. Apabila memang merasa sudah memenuhi persyaratan, Braman menghimbau agar koperasi mendaftar ke Kemenkop untuk dilakukan penilaian.
Sementara itu untuk koperasi syariah atau Baitul Mal wat Tamwil (BMT), kata Braman, menurutnya saat ini masih bersiap-siap untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Kendati begitu, ia menilai BMT di Pulau Jawa umumnya memenuhi persyaratan.
"Kita tunggu. Syariah memang masih siap-siap. Tidak semua koperasi syariah yang memenuhi persyaratan,"katanya.
Sementara itu beberapa BMT saat ini tengah mempersiapkan untuk mengajukan sebagai penyalur KUR. General Manager BMT Beringharjo Rury Febrianto menyebutkan, saat ini pihaknya tengah mengkaji kesiapan internal untuk menyalurkan KUR.
"Di internal BMT masih dikaji, karena basic perhitungan KUR adalah dari basic bunga bank, sehingga dasar hitungannya sangat rendah. Ini menjadi evaluasi bagi BMT Beringharjo," ujar Rury.
Apabila internal telah siap dan telah memenuhi persyaratan maka pihaknya akan segera mengajukan diri pada Kemenkop. Nantinya maksimal plafon yang akan diberikan adalah Rp 25 juta.
Ketua Pengurus BMT Mardlotillah, Asep Sudrajat mengungkapkan, BMT Mardlotillah tengah mempersiapkan perizinan untuk menjadi penyalur KUR syariah. "Kita ada rencana nengajukan, setelah RAT, nanti bulan Maret. Mudah-mudahan bisa Rp 2,5 miliar," ujar Asep.
Menurut Asep, dengan ikut menyalurkan KUR ini dapat membantu bisnis BMT. Kendati begitu ada risiko dari skema KUR ini, sehingga diperlukan sosialisasi lebih masif lagi.
"Ada risiko di KUR, yaitu imej masyarakat tentang KUR itu khawatir kurang positif, seperti dianggap hibah,"katanya.