REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kontestasi pemilihan kepala daerah (Pilkda) DKI Jakarta perlu dipahami bukan sekedar pilkada biasa. Pasalnya, pilkada DKI Jakarta menjadi berbeda ketika salah satu kontestannya menjadi terdakwa kasus penistaan Alquran yang sedang bergulir di pengadilan.
Panglima Komando Kawal Al Maidaah (Kokam), Mashuri Masyhuda mengatakan, sikap keagamaan Majelis Ulama Indonesia (MUI) selama ini menjadi referensi utama umat Islam di Indonesia dalam banyak hal. Karena itu, kata dia, apakah mungkin partai politik (parpol) Islam berseberangan dengan MUI dalam konteks pandangan penistaan agama.
"Terkecuali, salah satu partai yang di-take over oleh kubu tertentu dan kemudian bermanuver sendiri dengan berbagai macam kepentingannya," kata Mashuri kepada Republika.co.id, Kamis (16/2).
Dikatakan Mashuri, selain kesalahan penistaan agama yang dilakukan salah satu pasangan di Pilgub DKI, kesalahan terbaru adalah kembalinya terdakwa sebagai gubernur DKI Jakarta. Padahal, seharusnya menurut UU 23/2014 tentang Pemerintah Daerah, harus diberhentikan.
"Jadi dua argumentasi itu saja, menurut saya, sudah cukup untuk jadi alasan bersatunya partai Islam di leg kedua Pilkada DKI nanti," ujarnya.
Dia berharap, seluruh komponen umat Islam dan parpol Islam menghidupkan mesin politiknya menyongsong pertarungan di putaran kedua nanti. Menurutnya, all out (dengan sekuat tenaga) bersama-sama adalah kata kunci yang tepat untuk menggambarkan harapan tersebut. Sebab, yang sedang umat Islam hadapi adalah kekuatan raksasa yang terindikasi penuh tipu daya.
Mashuri mengatakan, pertarungan ini, hanya bisa dimenangkan atas izin Allah SWT melalui ikhtiar semua komponen umat Islam. Tantangan terberat ke depan adalah meyakinkan umat Islam. "Bahwa momentum Pilkada DKI adalah ujian besar atas persatuan dan kesatuan umat Islam," tegasnya.
Dijelaskan Mashuri, tingginya potensi money politics yang dikemas dalam paket-paket program tampaknya kreatif, tapi membuai pemilih. Intervensi pengaruh media dalam menggiring opini publik yang bertolak belakang dengan fakta empiris di lapangan, dampaknya memaksa umat Islam terkotak-kotak. "Kami optimis pertarungan ini akan dimenangkan oleh umat jika fair play dan jurdil dijunjung tinggi," ujarnya.