Jumat 17 Feb 2017 05:48 WIB

Manfaatkan Ban Bekas untuk Aspal Karet

Rep: melisa riska putri/ Red: Budi Raharjo
Sejumlah pekerja menggunakan alat berat melakukan pelapisan aspal di jalur pantura Lohbener, Indramayu, Jawa Barat,
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Sejumlah pekerja menggunakan alat berat melakukan pelapisan aspal di jalur pantura Lohbener, Indramayu, Jawa Barat,

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Buruknya kondisi jalan raya di Indonesia membuat Direktur Utama PT Conbloc Infratecno Alpino Iskandar mencoba menerapkan teknologi asphalt rubber atau aspal karet. Teknologi ini dirasa sangat mampu mengatasi berbagai kendala jalan yang terjadi di Tanah Air.

Teknologi ini telah banyak diterapkan di beberapa negara seperti di Kalifornia, Arizona, Florida, Texas, Brasil dan lainnya. "Teknologi ini sangat sukses," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Kamis (16/2).

Sebab, adanya kandungan karet sekitar 35 hingga 40 persen membuat aspal memiliki elastisitas. Hal ini membuat aspal tidak mudah retak. Selain itu, kemampuan karet untuk menahan air juga mampu menjaga aspal karet ini memiliki daya tahan lebih lama dibanding aspal biasa. "Jalan aspal yang ada di Indonesia umurnya hanya setahun dua tahun," katanya. Dalam jangka waktu tersebut, aspal akan terlepas sementara tidak dengan aspal rubber ini.

Sebab, teknologi aspal modifikasi crum rubber ini memanfaatkan limbah industri lain, yakni ban bekas. Namun, ban yang digunakan adalah ban yang terbuat dari karet alam, bukan ban sintetis.

Ia melanjutkan, saat ini aspal karet 'baru lahir' sehingga belum banyak dikenal oleh banyak pihak. Namun, ia optimistis aspal karet perlahan mampu menjelma menjadi teknologi yang banyak digunakan.

Apalagi, dengan penggunaan ban bekas merupakan upaya pengurangan limbah industri. Ke depannya, ia akan segera bekerja sama dengan pabrik yang menghasilkan ban bekas.  "Karena ban bekas kita kan banyak jadi untuk bahan baku tidak masalah," ujarnya.

Sebenanrnya, aspal karet sudah pernah diterapkan beberapa waktu lalu di ruas jalan Ciawi. Namun, Alpino atau yang akrab disapa Pino menjelaskan, aspal tersebut menggunakan karet mentah. Itu artinya, harga yang diperlukan jauh lebih mahal, mengingat karet merupakan komoditas ekspor.

Penerapan aspal rubber diakui Pino sangat mudah. Sebab, cukup dijadikan pelapis di atas jalan aspan yang retak. Dengan syarat, struktur jalanmasih dalam kondisi baik. Setelah melakukan pembersihan jalan, termasuk membersihkannya dari air, retak jalan diisi dengan Stress Allevating Membrane Interlayer (SAMI) yang memiliki kadar karet sebesar 28,5 persen. Kemudian, pelapisan dengan aspal rubber dapat dilakukan.

Dengan begitu, pengerjaan akan menghemat waktu tanpa adanya pembongkaran aspal lama. Terkait harga yang ditawarkan, Pino tidak bisa berbicara lebih detail. Namun ia meyakinkan biaya yang diperlukan untuk penerapkan aspal rubber hampir sama dengan biaya aspal biasa. "Tidak jauh lebih besar dibanding biaya yang biasa," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement