REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Gereja Katolik membayar lebih dari 276 juta dolar AS (sekitar Rp 2,7 triliun) ganti rugi kepada ribuan korban pelecehan seksual anak-anak di Australia. Hal ini terungkap dalam pemeriksaan komisi khusus Royal Commission into Institutional Responses to Child Sexual Abuse.
Hampir 4.500 orang mengajukan klaim ganti rugi atas dugaan insiden pelecehan seksual anak-anak yang terjadi antara Januari 1980 dan Februari 2015. Namun, insiden paling awal yang diajukan klaimnya terjadi pada 1920-an.
Konsul pembantu pada komisi khusus itu Gail Furness SC dalam pemeriksaan di Sydney menjelaskan, angka tersebut termasuk kompensasi, pengobatan, biaya hukum, dan biaya lainnya. Dari jumlah tersebut, sebanyak 258.800.000 dolar AS adalah kompensasi uang yang berkisar 91 ribu dolar AS per klaim.
"Christian Brothers yang, di waktu terkait menjalankan sejumlah fasilitas perumahan, melaporkan jumlah tertinggi dalam pembayaran," kata Furness dalam persidangan.
"Kelompok ini melakukan 763 pembayaran total sebesar 48,5 juta dolar AS dengan pembayaran rata-rata 64 ribu dolar AS," katanya.
"Secara keseluruhan otoritas gereja Katolik membayar 276.100.000 dolar AS dalam merespons klaim pelecehan seksual anak-anak yang diterima antara 1 Januari 1980 dan 28 Februari 2015," ujarnya.
Dalam persidangan teridentifikasi lembaga paling umum yang disebutkan dalam klaim adalah sekolah. Sebanyak 46 persen klaim menyebut sekolah sebagai lokasi terjadinya insiden, disusul panti asuhan anak-anak atau fasilitas perumahan sebanyak 29 persen dari klaim.
Jumlah tertinggi klaim pelecehan seksual yang terjadi di fasilitas perumahan adalah yang dioperasikan oleh De La Salle Brothers di Queensland, dengan 219 klaim.
Sebelumnya, Francis Sullivan dari Truth Justice and Healing Council mengatakan, dalam persidangan itu melihat konteks waktu terjadinya insiden itu.
Menurut dia, sekarang situasinya sangat berbeda, sehingga para orang tua harus menyadari bahwa anak-anak mereka saat ini berada di tangan yang aman di sekolah-sekolah Katolik.
ABC/Reuters
Diterbitkan Pukul 14:00 AEST 16 Februari 2017 oleh Farid M. Ibrahim dari artikel berbahasa Inggris.