Jumat 17 Feb 2017 06:31 WIB

Turki Targetkan Muslim dari Rusia

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Polisi pasukan khusus Turki berjaga di markas polisi di Istanbul, 17 Januari 2017.
Foto: REUTERS/Murad Sezer
Polisi pasukan khusus Turki berjaga di markas polisi di Istanbul, 17 Januari 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Otoritas Turki telah meningkatkan pengawasan terhadap komunitas Muslim yang berbicara menggunakan bahasa Rusia dalam beberapa bulan terakhir. Hal tersebut dilakukan setelah serangkaian serangan yang diklaim sebagai ulah ISIS.

Polisi Turki juga telah menggerebek rumah imigran yang berbicara menggunakan bahasa Rusia di Istanbul. Berdasarkan hasil wawancara dengan Muslim Rusia yang tinggal di kota, mereka banyak yang ditangkap dan diusir. Beberapa orang di antara mereka juga menjadi target otoritas Turki karena diduga mendukung gerakan Islam radikal.

Sementara, dari aktivitas keamanan diindikasi Rusia dan Turki melakukan kerjasama intelijen. Hal tersebut nampak seperti aliansi baru. Terlihat Moskow dan Ankara sedang bekerjasama untuk menyelesaikan konflik di Suriah. Kerja sama tersebut juga dianggap sebagai kebangkitan Rusia yang sebelumnya sudah berperan aktif di Ukraina.

Kini, Rusia tertarik untuk meningkatkan pengaruh diplomatiknya di wilayah Timur Tengah. Rusia juga telah memainkan peran yang cukup besar di Suriah ketika terjadi kekosongan karena ditinggalkan Amerika Serikat saat dipimpin Barack Obama.

Seorang Muslim dari pegunungan Kaukasus Rusia yang pindah ke Istanbul tiga tahun lalu, Magomed Said Isayev mengatakan, setelah sekian lama di Turki tidak pernah ada masalah dengan otoritas setempat. Ia juga mengaku tidak melakukan apa pun yang dapat menyakiti masyarakat Turki.

Tapi sekarang Magomed mengaku merasa tidak aman lagi, bahkan bisa ditahan oleh otoritas setempat. "Sekitar 10 orang yang saya kenal telah dipenjara," kata Magomed, dilansir dari Reuters, Jumat (17/2).

Sebelumnya, Turki juga telah banyak mendapatkan kritik dari sekutu negara-negara barat. Sebab, Turki dinilai lambat menghentikan pejuang asing yang melintasi perbatasan negaranya untuk bergabung dengan ISIS di Suriah dan Irak pada awal kebangkitan ISIS.

Waktu itu Turki telah menolak seruan sekutu. Pihak Turki mengatakan butuh kerjasama intelijen dari sekutu untuk menghadang mereka yang akan bergabung dengan ISIS. Kini Turki telah memperketat wilayah perbatasan. Agustus tahun lalu militer Turki juga mendorong ISIS agar menjauh dari wilayah Turki.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement