REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Imam Shamsi Ali, orang Indonesia yang juga menjadi tokoh muslim di New York, AS beberapa hari lalu sempat diwawancarai seorang aktor, produser dan sinematografi ternama, Sean Christopher Stone.
Dalam pesan singkatnya kepada Republika.co.id, Jumat (17/2) Imam Shamsi Ali mengatakan suatu kehormatan diwawancarai Sean Stone yang juga putra dari aktor kawakan Oliver Stone. "Saya merasa terhormat diwawancarai oleh Sean Stone, seorang aktor, produser, sutradara dan sinematografer, screen writer dan putra dari aktor terkenal Oliver Stone," kata dia.
Topik wawancara ini mengenai aksi reli yang akan dilakukan warga Amerika Serikat, khususnya kota New York pada Ahad (19/2) lusa terkait protes warga muslim AS terhadap kebijakan Presiden Trump. Aksi tersebut bertema 'We Stand with American Muslims' a day of action, yang langsung dipimpin Imam Shamsi Ali.
Aksi tersebut, jelas Imam Shamsi, menegaskan Amerika harus memberikan hak yang sama kepada semua warganya, menyayangi semua warganya dan memberi kesempatan muslim untuk memenuhi kebutuhannya.
Wawancara Imam Shamsi Ali dengan Sean Stone juga menyinggung beberapa hal atas kritik pihak lain terkait Islam, hukum syariah, pengungsi dan imigran hingga ISIS dan muslim asli Amerika. Terkait muslim yang juga warga AS asli bukan imigran, menjadi perhatian khusus bagi Sean Stone.
Sebab Sean Stone yang seorang mualaf, yang pada 2012 akhirnya memeluk Islam setelah perjalanan panjangnya dalam dunia spiritual. Dalam sebuah wawancara dengan CNN, Stone mengatakan bahwa ia percaya Allah dan menerima Nabi Muhammad sebagai penutup para Nabi.
Selain berkesempatan diwawancarai seorang aktor dan produser Sean Stone, Imam Shamsi Ali beberapa waktu yang lalu juga mendapatkan pujian dari mantan Dubes AS untuk Indonesia, Robert Blake.
Melalui surat elektronik (surel) kepada Ustaz Shamsi Ali, Blake sangat kagum dengan pandangan Imam Shamsi Ali soal keberagaman di Indonesia dan AS. Dalam surel itu, Blake pun menyampaikan ikut bangga dengan putrinya yang bersekolah swasta dan mengajarkan menghargai keberagaman.
Blake pun berharap bila Imam Shamsi Ali berkesempatan berkunjung ke New York, ia akan menemuinya. Dan Blake akan berbincang terkait cara pandangnya menghargai perbedaan dan mengusahakan Imam Shamsi Ali ikut mempromosikan ide ini ke sekolah putrinya.