REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sutradara Michael Moore menyerukan dilakukannya pemilu ulang di Amerika Serikat. Ia mengatakan, pemilu ulang tersebut harus dilakukan karena Presiden tidak memenangkan suara mayoritas.
Moore berargumen, Trump mendapatkan sekitar tiga juta suara lebih sedikit daripada rivalnya yang diusung Partai Demokrat, Hillary Clinton. Margin suaranya adalah 2,86 juta surat suara. Jumlah tersebut merupakan perbedaan angka terbesar dalam sejarah Amerika Serikat untuk seorang kandidat yang terpilih sebagai presiden. Jauh lebih besar daripada jarak suara antara George W Bush dan Al Gore pada pemilu tahun 2000 lalu.
Dikutip dari The Independent, Moore juga mencurigai Trump telah bersekongkol dengan Rusia untuk memenangkan pemilihan presiden. Sebab, berdasarkan laporan New York Times, sejumlah tim kampanye Trump telah menjalin hubungan dengan pejabat pemerintahan Rusia sejak setahun sebelum pemilu digelar.
Oleh karena itu, Moore tak bisa menerima Amerika dipimpin oleh Trump yang menurutnya telah melakukan rekayasa. "Sistem yudisial kita harus menemukan cara untuk memulihkan negara. Mike Pence tidak bisa jadi presiden karena dia dipilih sebagai wakil presiden dalam konspirasi yang sama," kata sutradara pemenang Piala Oscar tersebut.
Ia menambahkan, pengadilan harus membuat aturan apakah presiden adalah pemenang suara mayoritas, dalam hal ini Clinton, atau apakah pemilu ulang harus digelar.