REPUBLIKA.CO.ID, VIRANSEHIR -- Pemerintah Turki menahan 26 orang yang diduga terlibat dalam mengoperasikan bom mobil yang diledakkan pada Jumat (17/2) malam waktu setempat. Penangkapan yang dilakukan pada Sabtu (18/2) ini diungkapkan oleh pernyataan resmi dari kantor gubernur Sanliurfa.
"Sebanyak 26 orang termasuk pemilik kendaraan diperkirakan telah dibawa dari kabupaten Derik di provinsi Mardin telah ditahan," kata pernyataan tersebut. Sebuah kendaraan yang penuh dengan bahan peledak diledakkan dari jarak jauh di taman kompleks perumahan untuk para hakim dan jaksa. Peristiwa tersebut membunuh seorang anak berusia tiga tahun dan melukai 17 orang.
Seorang penjaga keamanan di kompleks perumahan juga tewas dalam serangan itu. Sumber dari Anadolu Agency mobil itu dikendarai oleh seorang berusia antara 18 dan 20 tahun. Tidak ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Akan tetapi Gubernur Sanliurfa Gungor Azim Tuna mengatakan bahwa serangan itu dilakukan oleh Partai Buruh Kurdistan (PKK) militan.
PKK sudah disebut sebagai organisasi teroris oleh Turki, Uni Eropa dan Amerika Serikat. Mereka meluncurkan pemberontakan separatis bersenjata pada tahun 1984. Konflik itu menewaskan lebih dari 40.000 orang. Gencatan senjata antara PKK dan negara mogok pada bulan Juli 2015 dan ribuan telah tewas dalam konflik sejak saat itu.
Serangan terakhir oleh PKK dilancarkan pada awal Januari lalu. Saat itu terjadi bentrokan antara polisi dan salah satu cabang PKK. Kemudian mereka meledakkan bom mobil di kota Aegean, Provinsi Izmir. Akibatnya seorang polisi dan seorang karyawan pengadilan tewas dalam serangan tersebut, dilansir laman Reuters.